Darurat Kesehatan Mental, WHO Bentuk Komisi Hubungan Sosial Guna Kurangi Efek Buruk Kesepian

- 10 Mei 2024, 19:38 WIB
Ilustrasi kesepian akibat gangguan mental berupa stress.
Ilustrasi kesepian akibat gangguan mental berupa stress. /Pixabay/vdnhieu

FLORESTERKINI.com – Zaman yang serba canggih saat ini ternyata tidak membuat orang semakin mudah menikmati hidup. Justru sebaliknya, semakin mudah hidup, semakin tinggi tingkat stress yang dirasakan banyak orang di seluruh dunia. Bagaimana tidak, semakin canggih sebuah zaman, manusia dituntut untuk semakin cepat dalam bergerak, berpikir, dan beradaptasi serta berkompetisi. Parahnya lagi, semakin melek teknologi, kebanyakan dari kita justru malah semakin kesepian dan suka menyendiri alias malas bersosialisasi.

Dengan maraknya fenomena tersebut, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) berinisiatif membentuk komisi hubungan sosial yang menangani konektivitas sosial. Tujuan pembentukan komisi ini adalah untuk memerangi kesepian sebagai masalah kesehatan mental yang paling mendesak.

Dilansir dari upi.com, Vivek Murthy, seorang Ahli Bedah Umum AS, dipercayakan akan memimpin komisi ini. Tugas pertama timnya adalah menganalisis area-area berisiko tinggi yang mengalami isolasi sosial di seluruh dunia, sekaligus menumbuhkan rasa kebersamaan dan inklusivitas, dengan tujuan meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan secara keseluruhan.

Baca Juga: PGRI Flores Timur Gelar 'Sekolah' bagi Para Guru, Isi Bulan Merdeka Belajar

“Saya sangat senang bisa bekerja sama dengan sekelompok aktivis yang luar biasa dalam memajukan hubungan social, sebuah komponen penting dari kesejahteraan. Bersama-sama, kita dapat membangun dunia yang tidak terlalu kesepian, lebih sehat, dan lebih berketahanan,” kata Murthy.

Komisi ini akan mengadakan pertemuan pertama pada tanggal 6-8 Desember 2024, dan berencana untuk merilis laporan komprehensif mengenai kesepian global pada musim panas 2025.

Pembentukan komisi ini didasarkan pada penelitian yang menyoroti naiknya dampak signifikan kesepian terhadap kesehatan mental, berkorelasi dengan kecemasan dan depresi, serta peningkatan risiko penyakit kardiovaskular sebesar 30%.

Baca Juga: Finalis X-Factor Indonesia Kris Tomahu Gelar Konser di Maumere, Ini Jadwalnya!

Hasil penelitian menemukan, isolasi sosial memengaruhi sekitar 1 dari 4 orang lanjut usia di seluruh dunia, dan berpengaruh sebanyak 15% pada orang muda yang mengalami kesepian, kata WHO seraya menambahkan bahwa angka-angka ini kemungkinan besar merupakan perkiraan konservatif.

Sejalan dengan hal itu, ners.unair.ac.id menuliskan risiko lain kesepian yakni menurunnya kemampuan dan perkembangan kognitif sebesar 20% dalam kurun waktu 12 tahun. Selain itu, kesepian juga meningkatkan terjadinya demensia atau pikun pada orang berusia lanjut sebesar 64%, serta dapat meningkatkan risiko kematian dini sebesar 45%.

Pada saat yang sama, isolasi sosial terbukti berdampak pada hasil pendidikan, di mana siswa sekolah menengah yang mengalami kesepian lebih rentan untuk putus sekolah dan terus merasakan kurangnya dukungan, baik di rumah maupun di tempat kerja, lanjut WHO.

Baca Juga: Terungkap Sosok Bandar Judi Dingdong di Flores Timur, Meja Dingdong ‘Dikumpulkan’ di Desa Pululera

Direktur Jenderal WHO, Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus, mengatakan bahwa komisi baru ini akan membantu membangun hubungan sosial sebagai prioritas utama kesehatan global dalam upaya mengurangi rasa khawatir.

“Tingginya tingkat isolasi sosial dan kesepian di seluruh dunia mempunyai konsekuensi serius bagi kesehatan dan kesejahteraan. Orang-orang yang tidak memiliki koneksi sosial yang cukup kuat berisiko lebih tinggi terkena stroke, kecemasan, demensia, depresi, bunuh diri, dan banyak lagi,” kata Ghebreyesus.

Sebuah studi lain menunjukkan, kesepian memicu tekanan darah tinggi dan melemahnya kekebalan tubuh. Maka jangan heran, orang yang kesepian cenderung mengalami kenaikan berat badan dan gangguan pencernaan.

Baca Juga: 6 SDK di Sikka Beralih Status ke SDN, Pater Hendrik Maku: Itu Bukan Solusi dari Persoalan Pendidikan Kita

Jadi, bagaimana cara mengatasinya jika rasa kesepian yang terlanjur melanda? Banyak beraktivitas di luar atau menyibukkan diri menjadi sukarelawan adalah kegiatan yang dapat membantu mengurangi rasa kesepian agar semakin tidak berlarut-larut.

Bersikap ramah dan membiasakan diri untuk suka menyapa orang juga sangat dianjurkan, alih-alih dianggap sombong, dengan menyapa orang lain membuka peluang percakapan ringan dengan orang lain yang mungkin saja akan menumbuhkan rasa kepedulian satu sama lain.

Kemudian memiliki hewan peliharaan juga bisa meredakan stress dan mengatasi kesepian.  Bermain dengan hewan peliharaan seperti anjing dan kucing dipercaya dapat menyerap energi negatif dari pemiliknya dan menurunkan hormon penyebab stress.***

Disclaimer: Artikel ini merupakan bagian dari pemenuhan tugas kuliah Bahasa Indonesia pada Universitas UHW Perbanas, yang ditulis oleh Enjelina Monika Milo, mahasiswa S1 Manajemen. Karena itu, tanggung jawab terhadap keseluruhan isi artikel merupakan tanggung jawab dari penulis bersangkutan.

Editor: Ade Riberu


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah