“Di hari pertama kedai kami memproduksi dan menjual 40 mangkok bubur ayam sorgum-jagung, dengan harga Rp12.000 per porsi. Ternyata sungguh nikmat dan menyenangkan, ketika pangan lokal mampu berada dan bersaing di tengah pasaran kuliner yang semakin moderen dan menempati posisi dapat diterima di semua kalangan,” tandas Eda.
Menurut Oa Eda, proses pembuatan bubur ayam tersebut membutuhkan waktu yang lama. Pada saat memasak, bubur harus diaduk-aduk secara terus-menerus supaya tidak menempel pada dandang atau panci.
Proses pengadukan ini perlu dilakukan setiap setengah jam sekali, terutama setelah jagung dan sorgum mulai melunak.
Baca Juga: Prediksi dan Link Live Streaming Inter Milan vs Real Madrid: Los Blancos Tanpa Banyak Pemain Inti
Untuk ayam yang digunakan sebagai taburan terlebih dahulu direbus kemudian digoreng, lalu disuwir-suwir sebagai tambahan di atas buburnya.
“Bubur ayam ini disajikan di dalam mangkuk, dilengkapi dengan kuah kaldu, cakwe potong, suwiran daging ayam, kerupuk, irisan daun seledri, bawang goreng, daun bawang serta sambal,” demikian Oa Eda menjelaskan.
Tingkat kerumitan olahan bubur ayam ini sebenarnya terletak pada pengelolaan sorgum dan jagung, yang semulanya dari bahan mentah menjadi bahan setengah jadi, dan kemudian digunakan untuk bahan bakunya, sehingga perlu telaten dalam mengombinasikannya agar hasilnya lezat.