Kesulitan Dapat Air di Wilayah Kupang untuk Bertani, Petani Muda: Jangan Sepelekan Pekerjaan Petani

21 Februari 2021, 09:45 WIB
Ilustrasi pertanian. /Pixabay.com/sasint.

FLORES TERKINI - Minimnya sumber air di sejumlah wilayah Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) membuat banyak petani mengalami kesulitan dalam mengolah lahan untuk dapat bertani atau berkebun.

Dampak signifikan dari kekurangan air tersebut bisa berakibat buruk bagi kehidupan ekonomi masyarakat karena bisa membuat usaha dan perekonomian menjadi mandek, apalagi ditambah dengan pandemi COVID-19 yang masih merajalela saat ini.

Hal itu sungguh dirasakan oleh seorang pemuda bernama Preadi Ola (26) yang saat ini menggeluti pertanian meskipun ia merupakan lulusan Sarjana Ilmu Politik.

Baca Juga: Inilah 10 Hal yang Perlu Diperhatikan oleh Para Lelaki Zaman Now

Rupanya, Preadi terpaksa memilih menjadi petani lantaran sulitnya mendapatkan pekerjaan yang layak dan sesuai dengan jurusan yang ia miliki.

Pria lulusan dari kampus Universitas Nusa Cendana Kupang, sejak tahun 2018 itu mengungkapkan, kendala terbesar yang dialami para petani termasuk dirinya adalah kurangnya pasokan sumber air, sehingga membuat mereka sangat kesulitan mengembangkan usaha mereka.

“Air merupakan urat nadi pertanian. Bagaimana kami mau bertani kalau pasokan air tidak ada. Saya harap pemerintah dapat memperhatikan kendala kami saat ini,” tutur Preadi.

Baca Juga: Tim Amdal Gelar Konsultasi Publik Rencana Pabrik Semen di Luwuk, Manggarai Timur

Preadi sangat berharap ada upaya dan campur tangan dari pemerintah untuk mengatasi kekurangan pasokan air yang saat ini dirasakan oleh masyarakat di Kupang.

Tidak hanya itu, Preadi pun berharap pemerintah dapat menciptakan lapangan pekerjaan bagi generasi muda di negeri ini agar bisa mendapatkan pekerjaan yang layak sesuai dengan profesi atau keahlian di bidangnya.

Berprofesi sebagai petani, tidak membuat Preadi merasa malu atau minder karena pekerjaannya tidak sesuai dengan jurusan atau keahlian yang sebenarnya ia miliki.

Baca Juga: DPRD Manggarai Timur Tinjau Langsung Kondisi Bangunan SDK Nunuk yang Memprihatinkan

“Jangan beranggapan petani merupakan pekerjaan yang kurang bergengsi dan disepelekan. Karena pertanian merupakan sektor penting dalam mendukung perputaran ekonomi,” jelasnya.

Menurut Freadi, Sarjana hanya sebuah titel, karena telah melewati proses belajar untuk membentuk pemikiran, karakter, serta wawasan yang luas.

“Menjadi seorang petani merupakan sebuah pilihan, dan cara yang tepat dalam berinvestasi untuk masa depan,” ungkap Preadi kepada Koranntt.com, Kamis 18 Februari 2021.

Baca Juga: Daripada Nganggur dan Tunggu Tes, Sarjana Ilmu Politik Ini Ajak Sarjana di NTT Bertani

Preadi berharap zaman sekarang, generasi muda harus bisa mandiri dan mampu menciptakan lapangan pekerjaan sendiri untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya apalagi di tengah pandemi COVID-19 seperti sekarang ini.

Niat dan keberanian adalah kunci utama bagi Preadi meskipun hanya menjadi seorang petani namun baginya bukanlah pekerjaan yang kotor dan tidak menjanjikan.

“Bermodalkan niat dan keberanian, saya mau membuktian bahwa bertani bukanlah pekerjaan yang hina, kotor dan tidak menjanjikan,” ungkap Preadi.

Baca Juga: 4 Tips Terbaik Membersihkan Ruang Penyimpanan pada Handphone dan Laptop

Preadi sudah menggeluti pertanian sejak awal tahun 2021, dan ia sungguh merasakan hasilnya sangat membantu perekonomian keluarganya.

“Dari hasil pertanian tomat, buncis dan jagung, didistribusikan ke sejumlah pasar di Kota Kupang untuk dijual. Hasilnya sangat membantu perekonomian keluarga,” ujarnya.*** (Elvis Romario)

Editor: Ade Riberu

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler