Kembangkan Holtikultura Khusus Tomat, KWT Melati di Sikka Manfaatkan Dana Desa untuk Sekolah Lapang

29 Mei 2021, 19:28 WIB
Ketua Kelompok Wanita Tani (KWT) Melati, Salviana Erosvita, ketika berada di lahan tomat milik kelompoknya. /Erick S./FLORES TERKINI/FLORES TERKINI

FLORES TERKINI - Untuk mengembangkan tanaman holtikultura khusus tomat, Kelompok Wanita Tani (KWT) Melati, Desa Riit, Kecamatan Nita, Kabupaten Sikka, Provinsi NTT, memanfaatkan Dana Desa untuk melaksanakan Sekolah Lapang (SL), yang didampingi oleh Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Nita.

Menurut Ketua Kelompok Wanita Tani (KWT) Melati, Salviana Erosvita, pihaknya memperoleh ilmu tentang cara bertani tomat melalui Sekolah Lapang (SL), dan mendapatkan bimbingan dari BPP Kecamatan Nita.

Ditemui di lahan milik kelompoknya, pada Sabtu, 29 Mei 2021, Eros sapaannya menceritakan, ketika mendengar adanya alokasi Dana Desa di Bidang Pemberdayaan, dirinya mulai mengusulkan terkait SL tomat pada tahun 2018 lalu, namun hingga 2019 belum terjawabi juga usulannya itu.

Baca Juga: Duet Prabowo-Puan Mencuat di Tengah Seteru Ganjar-PDIP, Sekjen PDIP Buka Suara

Namun perjuangannya tak hanya sampai di situ. Di tahun 2019, dia pun akhirnya membentuk Kelompok Dasawisma dengan nama Manu Walu.

Kegiatan yang dilakukan oleh kelompoknya tersebut yaitu menanam tanaman holtikutura dan Tanaman Obat Keluarga (Toga) di pekarangan rumah.

"Ketika itu, kelompok kami sampai ikut lomba di tingkat kecamatan dan kami mendapatkan juara satu. Sedangkan di tingkat kabupaten, kami mendapat juara dua," katanya.

Lebih lanjut Eros menambahkan, pada tahun 2020, barulah terjawab usulan SL tomat, yang diusulkan dari tahun 2018 lalu itu.

Baca Juga: Abdee Slank Jadi Komisaris, Ahmad Dhani Beri Apresiasi untuk Presiden Jokowi

Pihaknya kemudian mulai mempersiapkan SL dan persiapan pembukaan lahan di bulan November 2020, serta melakukan penanaman tomat pada bulan Februari 2021.

"Kami mulai melakukan penanaman tomat pada bulan Februari 2021, dengan pembibitannya dari Dana Desa, setelah mendapatkan bekal ilmu dari BPP Nita saat kegiatan SL," terangnya.

Sebagai ketua kelompok, dirinya pun merelakan lahannya untuk dijadikan kebun contoh (demplot) dengan modal nekat dan berani, yang dikerjakan oleh 12 orang perempuan sebagai anggota kelompoknya.

Baca Juga: Tuchel Siapkan Skenario Adu Penalti Jelang Bentrok dengan Manchester City di Final Liga Champions

"Lahan ini kami ibu-ibu semua yang kerjakan, tidak ada bantu dari bapak-bapak," jelasnya.

Untuk ke depannya, pihaknya juga akan menindaklanjuti sesuai arahan dan harapan dari BPP Nita.

"Jadi, ke depannya kami akan rembuk lagi dalam kelompok kami. Apakah kami lanjut kerja di lahan milik saya ini ataukah di lahan milik masing-masing tapi tetap dalam kelompok, supaya bisa membuka lahan terasering seperti ini," tukasnya.

Senada dengan itu, Penyuluh Swadaya Balai Penyuluh Pertanian (BPP) Kecamatan Nita, Erik Paji mengatakan, pihaknya memulai kegiatan SL tersebut berdasarkan usulan dari KWT Melati kepada Pemerintah Desa Riit.

Baca Juga: Chelsea Diadang City di Final Liga Champions 2020-2021, De Bruyne: Kami Terima dengan Senyuman

"Ini memang usulan dari mereka. Karena pola pembangunan di wilayah desa itu, mengikuti apa yang diusulkan dan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat. Sehingga mereka mengusulkan kegiatan SL budidaya tomat ini," katanya.

Penyuluh Swadaya Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Nita, Erik Paji, saat berada di lahan tomat milik KWT Melati, Desa Riit. FLORES TERKINI

"Mungkin juga yang mereka rasakan selama ini bahwa mereka mempunyai niat untuk menanam tanaman tomat, hanya saja masih minim pengetahuan. Maka, harus ditingkatkan Sumber Daya Manusia (SDM)-nya melalui SL," tuturnya.

Menurut Erik, karasteristik setiap orang memang berbeda, tetapi diakuinya mendidik perempuan jauh lebih gampang ketimbang laki-laki.

Baca Juga: Lirik Lagu California, Kolaborasi 88rising, Rich Brian, NIKI featuring Warren Hue

Karena baginya, hanya dengan 12 orang perempuan dan memiliki lahan seluas 0,2 hektare saja mereka bisa bekerja membudidayakan serta menghasilkan tomat secara baik.

Lanjut Erik, untuk ke depannya harus dikembangkan lagi tanaman holtikultura seperti cabai, wortel, kentang dan kubis (kol) di tempat itu, karena sesuai dengan kondisi geografisnya, yakni berada di daerah dataran tinggi.

Dirinya pun berharap agar kelompok tani lainnya juga dapat belajar dari KWT Melati dan harus melirik bahwa budidaya tomat juga memiliki nilai ekonomis yang tinggi.

"Kelompok tani lainnya juga harus mengikuti apa yang sudah dibuat. Kalaupun belum tahu, maka belajarlah kepada orang yang sudah pernah mengikuti kegiatan SL. Dan mereka yang sudah pernah mengikuti kegiatan SL pun harus berbagi ilmu dengan yang lainya, demi kemajuan Desa Riit ini," ungkapnya.

Baca Juga: Lirik Lagu Switchblade oleh NIKI, Titik Tolak Karier Bermusiknya di Amerika Serikat

Sementara itu, Tenaga Ahli Bidang Ekonomi, Program Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa (P3MD) Kabupaten Sikka, Kornelis Soge menjelaskan, pelaksanaan kegiatan SL di Desa Riit, Kecamatan Nita tersebut, menggunakan Dana Desa sebesar Rp42.000.000.

Kegiatan ini, lanjut Kornelis, merupakan program Padat Karya Tunai Desa (PKTD) sebagai bagian dari pemulihan ekonomi, akibat dari pandemi Covid-19, yang membuat ekonomi negara Indonesia mengalami keterpurukan.

Dikatakan Kornelis, hampir semua desa di wilayah Kabupaten Sikka sedang didorong oleh pihaknya untuk melakukan SL, dalam rangka program pemulihan ekonomi nasional tersebut.

Baca Juga: Lirik Lagu Too Many Tears yang Dinyanyikan Warren Hue, Rapper Tampan Asal Indonesia

"Jadi tidak hanya pada pertanian saja, ada peternakan, kelautan, budidaya ikan air tawar. Saat ini juga kita sedang mendorong beberapa desa untuk budidaya kopi," jelasnya.

Untuk itu, dia pun berharap agar 12 orang anggota KWT Melati ini ke depannya dapat menanam di kebunnya masing-masing secara bergotong-royong.

"Harapannya, dengan ilmu yang mereka dapatkan melalui SL ini, mereka harus menanam di kebunnya masing-masing. Tidak hanya tomat, tetapi bisa juga cabai dan lainnya," pungkasnya.*** (Erick S.)

Editor: Ade Riberu

Tags

Terkini

Terpopuler