“Kata mereka saat itu, pagar tembok ini akan dirubuhkan, dan parit ini akan diperbaiki. Namun nyatanya hingga saat ini apa yang diutarakan itu tidak dilaksanakan,” tutur beberapa pedagang pisang dan sirih pinang asal Buser II, yang terdiri dari Rosa Ose, Sisilia Peni, dan Yuliana Tulit, diamini penjual ikan kering asal Laka-Kolidaten, Siti Uba.
Walau mengaku sangat tersiksa dengan pemandangan serta aroma busuk di sarana pemerintah itu, para pedagang di kawasan tersebut hanya bisa berpasrah sembari menunaikan kewajiban harian tatkala juru tagih pasar mendatangi mereka.
Demi mencari cuan untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan biaya pendidikan anak, mereka tak mempedulikan aroma busuk yang tersembul dari balik parit dan onggokan-onggokan sampah yang bertaburan di sekitar tempat jualan mereka.
Taburan sampah pun terlihat pada areal depan pada pasar milik Pemda Flores Timur itu. Di beberapa titik pada sisi depan, tampak tertimbun sejumlah karung yang tak terurus. Karung-karung tersebut berisikan sampah kios yang dikumpulkan para pengepul, menambah kesan kumuh pada Pasar Daerah Larantuka.***