Tragedi Longsor di Ende: Kehilangan Keluarga Tercinta, Jerry Kini Hidup Sebatang Kara

- 9 Juni 2024, 08:05 WIB
Agusti Jerry Ratu (19) anak kandung Bernadus Bata, korban tewas akibat longsor di Kelurahan Rewarangga Selatan, Kecamatan Ende Timur, Kabupaten Ende.
Agusti Jerry Ratu (19) anak kandung Bernadus Bata, korban tewas akibat longsor di Kelurahan Rewarangga Selatan, Kecamatan Ende Timur, Kabupaten Ende. /Dok. Ist./HO-FLORESTERKINI

FLORES TERKINI – Di hari Jumat, 7 Juni 2024, pagi yang kelabu menyelimuti Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT). Bencana alam berupa longsor menimpa Kelurahan Rewarangga Selatan, Kecamatan Ende Timur. Akibatnya, satu keluarga harus meregang nyawa. Di antara mereka yang kehilangan keluarganya adalah Agusti Jerry Ratu, seorang pemuda berusia 19 tahun yang kini harus menjalani hidup sebatang kara.

Kesedihan di Kamar Jenazah

Tatapan kosong dan air mata yang tak kunjung kering menghiasi wajah Jerry saat melihat empat jenazah keluarganya terbujur kaku di kamar jenazah RSUD Ende. Ayah kandungnya, Bernadus Bata (55), ibu tiri, serta dua saudari tirinya menjadi korban longsor yang terjadi pada Jumat pagi tersebut.

Kaget dan tidak percaya adalah perasaan yang dirasakan Jerry. Rasa sakit dan kehilangan mendalam begitu nyata saat ia harus menandatangani surat pernyataan untuk menyerahkan urusan pemakaman kepada Pemerintah Kabupaten Ende. Dengan tangan gemetar, Jerry menandatangani surat tersebut, menyadari bahwa kini dia benar-benar sebatang kara.

Baca Juga: Tips Mendesain Rumah Minimalis 3 Lantai di Lahan Sempit: Solusi Cerdas untuk Hunian Modern

Kehilangan yang Berulang

Tragedi ini bukanlah yang pertama bagi Jerry. Lima tahun sebelumnya, pada tahun 2018, adik kandungnya, Florensia Ratu, tewas tenggelam di Muara Nanganesa. Kejadian itu membuat air mata Jerry seolah tak pernah kering. Kini, dengan kehilangan yang berulang, rasa sakit di hatinya semakin mendalam.

Di rumah duka di Woloweku, Kelurahan Rewarangga Selatan, Jerry hanya bisa mengungkapkan perasaannya dengan kata-kata singkat, "Kaget, sedih, sakit sekali kakak," ujarnya kepada wartawan setelah acara pemakaman keempat korban longsor.

Baca Juga: Duka di Ende: Empat Korban Longsor Dimakamkan, Isak Tangis Keluarga dan Warga Tak Terbendung

Detik-detik Menyakitkan

Jerry mendapat kabar tentang longsor dari rekannya. Tanpa pikir panjang, dia bergegas ke rumah orang tuanya. Namun, setibanya di lokasi kejadian, hanya tubuh-tubuh lemah tanpa nyawa yang ditemuinya. "Kosong, sakit, kaget, saya tidak tahu mau buat apa," ungkapnya singkat.

Kenangan terakhir bersama keluarga pun masih terpatri jelas di ingatannya. Pada Kamis, 6 Juni 2024, Jerry masih sempat menggendong saudari tirinya, Echa, yang saat itu terlihat bahagia. Kenangan manis yang kini hanya menjadi luka di hatinya.

Baca Juga: Hunian Sempit Gegara Kepadatan Kota? Atasi dengan Bangunan Rumah Minimalis 3 Lantai yang Dilengkapi Garasi Ini

Jerry dan Keluarganya

Agusti Jerry Ratu dan Florensia Ratu (almarhumah) adalah anak kandung dari Bernadus Ratu dengan istri pertamanya. Sedangkan Maria Avika Wonga (7) dan Echa (1,5) adalah anak-anak dari istri kedua Bernadus Bata, Henderika Oka.

Meski Bernadus dan Henderika belum menikah secara administratif, mereka hidup bersama di rumah sederhana berukuran 3x4 meter yang terbuat dari bambu dan seng.

Jerry selama ini tinggal bersama keluarga ayahnya di Woloweku. Keluarga yang merawatnya kini pun sudah lanjut usia dan tidak bisa banyak membantu. Jerry hanya bisa berharap perhatian dari pemerintah agar dapat melanjutkan hidupnya.

Baca Juga: Tragedi Longsor di Ende: Jenazah Empat Korban Longsor Dimakamkan dalam Satu Liang Lahat

Harapan yang Tersisa

Harapan besar masih terpancar dari tatapan Jerry yang kosong. Meski hidup terasa tidak adil, dia sadar bahwa harus terus berjuang. Kehilangan yang bertubi-tubi tidak membuatnya menyerah. Dengan dukungan pemerintah dan masyarakat sekitar, Jerry berharap bisa bertahan dan melanjutkan hidup meski tanpa keluarga tercinta di sisinya.

Tragedi ini meninggalkan duka mendalam bagi Jerry dan seluruh warga Kabupaten Ende. Semoga kisah pilu ini menjadi pengingat bagi kita semua akan pentingnya solidaritas dan kepedulian terhadap sesama yang sedang menghadapi cobaan berat.***

Editor: Ade Riberu


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah