Mengenal Rumah Pengasingan Bung Karno, Awal Sejarah Lahirnya Pancasila

1 Juni 2022, 20:15 WIB
Presiden Joko Widodo beserta Ibu Iriana Joko Widodo berkunjung ke Rumah Pengasingan Bung Karno di Kabupaten Ende, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), pada Rabu, 1 Juni 2022. /BPMI Setpres/Laily Rachev

FLORES TERKINI – Keberadaan Presiden Jokowi dan Ibu Negara Iriana Joko Widodo di Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT), sempat diisi dengan kunjungan ke Rumah Pengasingan Bung Karno.

Sebelum memimpin Upacara Peringatan Hari Lahir Pancasila, Rabu 1 Juni 2022, Presiden Jokowi dan Ibu Iriana menyambangi Rumah Pengasingan Bung Karno yang beralamat di Jl. Perwira, Kelurahan Kotaraja, Kecamatan Ende Utara, Kabupaten Ende, NTT.

Setibanya rombongan Istana di salah satu tempat yang menjadi bagian dari sejarah perjalanan bangsa Indonesia itu, tampak pemandangan yang masih menyisakan jejak-jejak perjuangan Bung Karno.

Baca Juga: Semakin Dekat, Catat! Ini Waktu Pencairan Gaji ke-13 bagi ASN dan Pensiunan PNS

Di tempat bersejarah itu, Presiden dan Ibu Iriana berkesempatan melihat berbagai macam barang peninggalan Bung Karno bersama keluarga selama diasingkan.

Beberapa yang masih tersisa adalah lukisan tangan Bung Karno dan naskah drama sandiwara yang terukir kesan mendalam akan nilai persahabatan, kerakyatan, dan cintanya terhadap alam.

Seorang Juru Pelihara tempat bersejarah tersebut, Syarifudin, mengatakan bahwa Rumah Pengasingan Bung Karno telah terkenal sampai ke luar negeri.

Baca Juga: Jadwal Acara dan Live Streaming RCTI 1 Juni 2022, Nonton Aku Jatuh Cinta dan Ikatan Cinta

Syarifudin juga mengaku senang dan bersyukur atas kunjungan Kepala Negara ke Rumah Pengasingan Bung Karno tepat di hari lahir Pancasila yang dinilai sangat berharga.

“Saya rasa bangga pada tahun 2022 hari ini juga tepatnya 1 Juni lahirnya Pancasila Bapak Presiden Joko Widodo sudah berkenan hadir di acara lahirnya Pancasila, di bumi lahirnya Pancasila, dan sempat berkunjung ke rumah Presiden pertama kita yaitu Ir. Soekarno, saya rasa bangga, senang, dan terharu,” kata Syarifudin penuh haru, seperti dilansir presidenri.go.id, Rabu 1 Juni 2022.

Sementara itu, Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Yudian Wahyudi menjelaskan bahwa saat diasingkan, Bung Karno pernah menyebut tempat itu sebagai “ujung dunia”.

Baca Juga: Cek Fakta, DNA Bebek dan Tikus yang Digabungkan Bakal Jadi “Makhluk Aneh”?

Pada waktu itu tidak pernah terbayangkan bangsa Indonesia dapat merdeka. Namun dengan jiwa cinta Tanah Air yang sangat besar, Bung Karno mampu mengubah situasi tersebut menjadi semangat dalam memerdekakan Tanah Air.

“Di situlah beliau (Bung Karno) bisa memanfaatkan dari situasi yang sangat menekan itu menjadi semangat pembebas lebih lanjut. Oleh karena itu, Ende ini menjadi salah satu titik utama dalam perjalanan Bung Karno, Pancasila, dan akhirnya kemerdekaan,” ujar Kepala BPIP.

Dikutip dari cagarbudaya.kemdikbud.go.id, pengasingan Ir. Soekarno diawali dengan pertemuan politik di rumah Muhammad Husni Thamrin di Jakarta, pada tanggal 1 Agustus 1933.

Baca Juga: Sinopsis Cinta Setelah Cinta Rabu 1 Juni 2022: Roh Ilham Selalu Hadir, Ayu Histeris Ketakutan

Usai pertemuan,Ir. Soekarno ditangkap oleh seorang Komisaris Polisi ketika ke luar dari rumah Muhammad Husni Thamrin, kemudian dipenjarakan selama delapan bulan tanpa proses pengadilan.

Pada tanggal 28 Desember 1933, Gubernur Jenderal Pemerintah Kolonial Hindia Belanda, De Jonge, mengeluarkan surat keputusan pengasingan Ir. Soekarno (saat itu berusia 32 tahun) ke Ende, Flores, NTT.

Ir. Soekarno diasingkan atau dibuang ke Ende karena kegiatan politiknya dianggap membahayakan Pemerintah Kolonial Hindia Belanda.

Ir. Soekarno dan keluarganya bertolak dari Surabaya menuju Flores dengan kapal barang KM van Riebeeck.

Baca Juga: Fakta atau Hoaks? Vaksin Covid-19 Picu Munculnya AIDS dan Cacar Monyet

Setelah berlayar selama delapan hari, mereka tiba di Pelabuhan Ende dan langsung melaporkan kedatangan mereka ke kantor polisi setempat.

Keluarga Bung Karno lalu dibawa ke rumah pengasingan yang terletak di Kampung Ambugaga, Kelurahan Kotaraja.

Di rumah pengasingan itulah Ir. Soekarno berserta istrinya yakni Inggit Garnasih, mertuanya yaitu Ibu Amsi, dan kedua anak angkatnya yakni Ratna Juami dan Kartika, menghabiskan waktu mereka selama empat tahun. Ir. Soekarno dan keluarganya menempati rumah milik Haji Abdullah Ambuwaru.

Selama di Ende dari tahun 1934-1938, salah satu hal yang paling penting adalah ketika Ir. Soekarno di tengah keterasingannya di bawah pohon sukun, sebagai salah satu tempat beliau menggali pemikiran tentang Dasar Negara yang kemudian dirumuskan oleh Panitia Sembilan menjadi Pancasila pada tahun 1945.

Baca Juga: SAH! KemenPAN RB Terbitkan Pengadaan PPPK 2022, Berikut Syarat dan Kualifikasinya

Pada tanggal 18 Oktober 1938 – tepat empat tahun, sembilan bulan dan empat hari – Ir. Soekarno dipindahkan dari Ende ke Bengkulu.

Setelah Indonesia merdeka, pada tahun 1951, Ir. Soekarno – saat itu sudah menjadi Presiden Republik Indonesia – mengunjungi Ende untuk pertama kalinya.

Beliau bertemu Haji Abdullah Ambuwaru dan menyatakan keinginannya agar rumah tersebut dijadikan museum.

Pada kesempatan kunjungan kedua tahun 1954, Ir. Soekarno meresmikan rumah itu sebagai “Rumah Museum” pada tanggal 16 Mei 1954.***

Editor: Ade Riberu

Sumber: presidenri.go.id cagarbudaya.kemdikbud.go.id

Tags

Terkini

Terpopuler