Ir. Soekarno dan keluarganya bertolak dari Surabaya menuju Flores dengan kapal barang KM van Riebeeck.
Baca Juga: Fakta atau Hoaks? Vaksin Covid-19 Picu Munculnya AIDS dan Cacar Monyet
Setelah berlayar selama delapan hari, mereka tiba di Pelabuhan Ende dan langsung melaporkan kedatangan mereka ke kantor polisi setempat.
Keluarga Bung Karno lalu dibawa ke rumah pengasingan yang terletak di Kampung Ambugaga, Kelurahan Kotaraja.
Di rumah pengasingan itulah Ir. Soekarno berserta istrinya yakni Inggit Garnasih, mertuanya yaitu Ibu Amsi, dan kedua anak angkatnya yakni Ratna Juami dan Kartika, menghabiskan waktu mereka selama empat tahun. Ir. Soekarno dan keluarganya menempati rumah milik Haji Abdullah Ambuwaru.
Selama di Ende dari tahun 1934-1938, salah satu hal yang paling penting adalah ketika Ir. Soekarno di tengah keterasingannya di bawah pohon sukun, sebagai salah satu tempat beliau menggali pemikiran tentang Dasar Negara yang kemudian dirumuskan oleh Panitia Sembilan menjadi Pancasila pada tahun 1945.
Baca Juga: SAH! KemenPAN RB Terbitkan Pengadaan PPPK 2022, Berikut Syarat dan Kualifikasinya
Pada tanggal 18 Oktober 1938 – tepat empat tahun, sembilan bulan dan empat hari – Ir. Soekarno dipindahkan dari Ende ke Bengkulu.
Setelah Indonesia merdeka, pada tahun 1951, Ir. Soekarno – saat itu sudah menjadi Presiden Republik Indonesia – mengunjungi Ende untuk pertama kalinya.
Beliau bertemu Haji Abdullah Ambuwaru dan menyatakan keinginannya agar rumah tersebut dijadikan museum.