Kenaikan tinggi gelombang juga diprediksi terjadi di perairan Bitung-Likupang, Laut Maluku, perairan utara Kepulauan Sula, Laut Banda, Laut Sumbawa, Laut Flores, perairan Kepulauan Sermata-Kepulauan Tanimbar, perairan selatan Kepulauan Kai-Kepulauan Aru, Laut Arafuru, perairan Halmahera, Laut Halmahera, perairan utara Papua Barat-Papua, Samudra Pasifik Utara Papua Barat-Papua.
Baca Juga: Sejak Desember 2023, Guru Tenaga Kontrak di Flores Timur Belum Terima Gaji, SK Kontrak Menjauh?
Sementara itu, dalam gelombang yang mencapai ketinggian 2,50-4 meter, disampaikannya bahwa kemungkinan terjadinya terdapat di perairan Kepulauan Sangihe, perairan Kepulauan Talaud, dan Samudra Pasifik Utara Halmahera.
Dengan potensi gelombang tinggi yang ada, Eko Prasetyo memberikan imbauan kepada masyarakat, terutama para nelayan, untuk lebih memperhatikan risiko tinggi terhadap keselamatan pelayaran.
Himbauan ini terutama berlaku pada moda transportasi seperti perahu nelayan (dengan kecepatan angin melebihi 15 knot dan tinggi gelombang di atas 1,25 meter) serta kapal tongkang (dengan kecepatan angin lebih dari 16 knot dan tinggi gelombang di atas 1,5 meter).
Sementara itu, imbauan tersebut juga berlaku bagi kapal feri (dengan kecepatan angin lebih dari 21 knot dan tinggi gelombang di atas 2,5 meter) dan kapal berukuran besar seperti kapal kargo atau kapal pesiar (dengan kecepatan angin lebih dari 27 knot dan tinggi gelombang di atas empat meter).
Penting bagi semua pihak yang terlibat dalam pelayaran untuk mengambil langkah-langkah pencegahan yang sesuai guna menjaga keselamatan dan keamanan di laut.***