Museum Tsunami Aceh dengan Gaya Bangunan Rumah Panggung yang Terlihat seperti Kapal dengan Gerbong Asap

- 29 November 2021, 11:05 WIB
Model bangunan tersebut merupakan hasil pemenang sayembara yaitu M.Ridwan Kamil (Dosen Arsitektur Institut Teknologi Bandung) dengan ide bangunannya adalah Rumoh Aceh sebagai Escape Hill.
Model bangunan tersebut merupakan hasil pemenang sayembara yaitu M.Ridwan Kamil (Dosen Arsitektur Institut Teknologi Bandung) dengan ide bangunannya adalah Rumoh Aceh sebagai Escape Hill. //Tangkap Layar YouTube Yehezkiel Ginting

FLORES TERKINI – Berlokasi di Jalan Iskandar Muda, Banda Aceh, museum ini buka setiap hari (kecuali hari Jumat) pada pukul 10.00 hingga 12.00 dan pukul 15.00 hingga 17.00.

Gaya bangunan ini cukup unik, memiliki gaya rumah panggung atau Rumah Panggung, dan terlihat seperti kapal dengan cerobong asap jika dilihat dari jauh.

Di dalam museum, Anda bisa menemukan lorong sempit dengan suara gemuruh tembok air di kedua sisinya seolah mengingatkan dahsyatnya tsunami.

Baca Juga: Gunongan Sultan Iskandar Muda di Nangroe Aceh, Tempat Mandi untuk Istri Putro Phang dari Malaysia

Museum Tsunami Aceh menampilkan simulasi elektronik gempa bumi Samudra Hindia 2004, foto-foto para korban dan kisah para penyintas.

Model bangunan tersebut merupakan hasil pemenang sayembara yaitu M.Ridwan Kamil (Dosen Arsitektur Institut Teknologi Bandung) dengan ide bangunannya adalah Rumoh Aceh sebagai Escape Hill.

Rencana pembangunan museum dianalogikan dengan episentrum tsunami gelombang laut. Unsur-unsur tradisional seperti Tari Saman telah diterjemahkan dalam kulit luar eksterior bangunan.

Baca Juga: Menjadi Hutan Tertua di Asia Tenggara, Inilah Taman Nasional Kayan Mentarang dengan Luas 1,3605 Juta Hektar

Museum yang dibangun dengan dana Rp70 miliar ini memiliki 2 anak tangga, di mana lantai 1 merupakan area terbuka yang dapat dilihat dari luar dan berfungsi sebagai tempat peringatan tsunami.

Di lantai ini terdapat beberapa ruangan yang berisi rekam jejak tsunami tahun 2004. Ada ruang pamer tsunami, ruang pra-Tsunami, hari tsunami, dan ruang pascatsunami.

Juga, ada beberapa gambar tsunami, artefak jejak tsunami dan diorama yang ditampilkan di lantai ini.

Baca Juga: Mengenal Budaya Leon Tenada di Kecamatan Lewolema Sebagai Penegasan Keyakinan Pada Korke Bale

Di lantai 2 berisi media pembelajaran berupa perpustakaan, alat peraga, ruang 4D, dan toko souvenir.

Ada pula beberapa alat peraga yang ditampilkan antara lain; desain bangunan tahan gempa, serta diagram model sesar bumi.

Tidak hanya itu, ada beberapa fasilitas yang terus disempurnakan seperti ruang lukisan bencana, diorama, perpustakaan, ruang 4 dimensi, serta kafe.

Baca Juga: Sekilas tentang Rik Waha di Kanada, Tradisi Pemisahan Bulir Padi dengan Sistem Gotong-royong

Eksterior museum adalah untuk mengekspresikan keragaman budaya Aceh dengan elemen ornamen dekoratif transparansi seperti anyaman bambu.

Pemandangan interior akan membawa Anda pada perenungan atas bencana dahsyat yang dialami oleh masyarakat Aceh serta penyerahan dan pengakuan akan kekuatan dan kekuasaan Tuhan.

Museum Tsunami Aceh dibangun atas prakarsa beberapa lembaga seperti Badan Rekonstruksi Aceh dan Nias, Kementerian ESDM, Pemerintah Aceh, Pemerintah Banda Aceh dan Ikatan Arsitek Indonesia.

Museum ini diresmikan pada Februari 2008. Tujuan pembangunan selain untuk mengenang gempa yang menyebabkan tsunami 2004 juga sebagai pusat pendidikan dan sebagai pusat evakuasi jika tsunami datang lagi.

Saat itu tsunami tahun 2004 menewaskan lebih dari 120 ribu orang dan menjadi tragedi nasional bahkan internasional sepanjang masa.***

Editor: Eto Kwuta


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah