Skandal Penyebaran Gambar Palsu Taylor Swift Menggemparkan Dunia, Begini Langkah yang Diambil Gedung Putih

- 29 Januari 2024, 14:57 WIB
Skandal Penyebaran Gambar Palsu Taylor Swift Menggemparkan Dunia
Skandal Penyebaran Gambar Palsu Taylor Swift Menggemparkan Dunia /

FLORESTERKINI.com - Beberapa minggu berlakangan ini publik dunia internasional tersentak dengan komplain dari penggemar, keluarga, dan bahkan Taylor Swift sendiri terkait penyebaran gambar palsu sang idola. Gambar-gambar tersebut beredar luas di di beberapa sosial media termasuk X (sebelumnya Twitter). Penyebaran ini merupakan contoh terbaru dari penyebaran pornografi palsu yang dihasilkan oleh Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan dan tantangan untuk mencegah penyebarannya.

Salah satu contoh yang paling mencolok adalah unggahan di X yang mampu mencuri perhatian netizen. Unggahan itu menghasilkan lebih dari 45 juta tayangan, 24.000 repost, dan ratusan ribu suka serta bookmark sebelum pengguna terverifikasi yang membagikan gambar tersebut akhirnya di-suspend karena melanggar kebijakan platform.

Namun, ketika netizen mulai membahas kembali postingan yang viral tersebut, gambar-gambar itu kembali menyebar dan di-repost oleh akun-akun lain. Banyak dari gambar tersebut masih tetap aktif, dan gambar palsu baru lantas bermunculan. Di beberapa wilayah, istilah "Taylor Swift AI" menjadi trending topik, yang secara tidak langsung mempromosikan gambar-gambar tersebut kepada khalayak yang lebih luas.

Baca Juga: 4 Warga Meninggal Dunia di Lokasi Pengungsian Selama Masa Tanggap Darurat Erupsi Gunung Lewotobi

Laporan dari 404 Media menemukan bahwa gambar-gambar tersebut mungkin berasal dari sebuah grup di Telegram, di mana pengguna berbagi gambar AI eksplisit tentang wanita yang sering dibuat dengan menggunakan Microsoft Designer. Pengguna di grup itu dikabarkan bercanda tentang bagaimana gambar Swift menjadi viral di X.

Kebijakan X mengenai media sintetis dan manipulasi serta konten telanjang tanpa izin secara tegas melarang konten semacam ini untuk dibagikan di platform tersebut. Meskipun perwakilan dari X, Swift, dan NFL tidak merespons permintaan penggemar, namun X kemudian memposting pernyataan publik sehari setelah setelah insiden dimulai, tanpa menyebutkan gambar Swift secara khusus.

Penggemar Swift mengkritik X karena membiarkan banyak posting tetap aktif selama yang mereka lakukan. Sebagai respons, para penggemar membanjiri hashtag yang digunakan untuk menyebarkan gambar dengan pesan yang malah mempromosikan klip nyata Swift tampil untuk menyembunyikan gambar palsu yang eksplisit tersebut.

Baca Juga: Antisipasi Cuaca Ekstrim dan Longsor, KPU Belu Prioritaskan Distribusi Ligistik ke Daerah Perbatasan

Sejatinya, kasus "taylor swift ai picture news" ini mencerminkan tantangan nyata dewasa ini dalam menghentikan deepfake pornografi dan gambar AI yang dihasilkan sesuai dengan gambar orang sungguhan. Beberapa generator gambar AI memiliki pembatasan yang mencegah produksi gambar telanjang, pornografi, dan fotorealistik dari selebriti, tetapi banyak yang lain tidak menawarkan layanan semacam itu secara tegas.

Tanggung jawab untuk mencegah penyebaran gambar palsu seringkali jatuh pada platform media sosial, sesuatu yang sulit dilakukan dalam keadaan terbaik dan bahkan lebih sulit untuk perusahaan seperti X yang telah menyederhanakan kemampuan moderasinya.

Sekretaris Pers Gedung Putih telah mengamati perkembangan terbaru seputar Taylor Swift dan mendesak Kongres untuk segera mengambil langkah legislatif guna mencegah kejadian serupa di masa depan. Hingga saat ini, di Amerika Serikat, belum ada peraturan federal yang jelas untuk mencegah seseorang membuat atau menyebarkan gambar deepfake tanpa izin dari individu yang ditiru.

Baca Juga: HP Gaming Masa Kini! POCO X6 5G dan M6 Pro Rilis 1 Februari 2024, Intip Spesifikasi Lengkap di Sini

Politisi Demokrat, Morelle, yang sebelumnya mengusulkan Undang-Undang Pencegahan Deepfakes tahun lalu, menyerukan tindakan segera terhadap masalah ini. Menurutnya, gambar dan video semacam itu dapat menyebabkan kerugian emosional, finansial, dan reputasi yang sulit diperbaiki, terutama bagi kaum wanita yang seringkali menjadi korban dampak yang tidak proporsional.

Anggota Kongres dari Partai Republik, Tom Kean Jr, setuju dengan pandangan tersebut dan menegaskan bahwa perkembangan teknologi kecerdasan buatan (AI) jelas berlangsung lebih cepat daripada pembatasan yang diperlukan. Perlu adanya tindakan cepat dan responsif untuk melindungi individu dari potensi penyalahgunaan teknologi ini.

Baca Juga: Kembangkan Bisnis, Shopee Jadi Pilihan Utama UMKM dalam Penjualan Online

"Kami khawatir terhadap laporan penyebaran gambar atau tepatnya gambar palsu dan hal ini memang mencemaskan," kata Karine Jan Pierre, Sekretaris Pers Gedung Putih, sebagaimana dikutip FLORESTERKINI.com dari ABC News, Senin 29 Januari 2024.

"Meski media sosial membuat keputusannya sendiri tentang manajemen konten, kami yakin mereka memegang peranan penting untuk menegakkan aturan untuk mencegah penyebaran misinformasi dan gambar intim dari orang sungguhan," tambahnya.

Editor: Ancis Ama

Sumber: Theverge


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah