Puskesmas Kalike ‘Kawinkan’ Opa-Oma di Ruang Kerabat Stunting

26 Maret 2024, 10:18 WIB
Aksi gempur stunting di Kelas Ibu Balita Kecamatan Solor Selatan. /Emnir/FLORESTERKINI.com

FLORESTERKINI.com – Berkat sinergitas yang kompak dalam penanganan persoalan stunting di Kecamatan Solor Selatan, Kabupaten Flores Timur, tim nakes Puskesmas Kalike di penghujung periode 2023 lalu lantas mengawinkan para opa dan oma di Kecamatan Solor Selatan dalam ruang Kerabat Stunting.

Kepala Puskesmas Kalike, Petronela Fernandez, sewaktu dikonfirmasi di ruang kerjanya, Senin, 25 Maret 2024, membenarkan bahwa pihaknya telah meluaskan komponen gempur stunting di wilayah kerja Puskesmas Kalike hingga ke barisan opa dan oma (para lansia, red).

“Sejak tahun 2021 lalu, kami melahirkan sebuah konsep gempur stunting bernama Kerabat Stunting. Aktivitas kerja dari inovasi bernama Kerabat Stunting ini adalah kunjungan rumah. Titik sasarannya adalah rumah-rumah penderita stunting,” jelas Petronela Fernandez yang akrab disapa Rita Fernandez, mengawali kisah perjuangan Kerabat Stunting.

Baca Juga: Jelang Pilkada 2024, Bawaslu Sabu Raijua Imbau Bupati Tak Lakukan Mutasi ASN dan Tekankan Netralitas

Dengan melibatkan stakeholder di desa dan kecamatan, demikian Rita melanjutkan penjelasannya, kunjungan rumah tersebut dijalankan mereka sebulan sekali hingga pada pertengahan tahun 2023.

Aksi gempur stunting di Kelas Ibu Balita di Desa Bubu Atagamu, Kecamatan Solor Selatan. Emnir/FLORESTERKINI.com

“Target penurunan angka stunting dari kerja Kerabat Stunting lewat aktivitas kunjungan rumah itu ternyata berjalan di tempat. Hasilnya stagnan. Karena kondisi itu, pada bulan November 2023 lalu kami melakukan evaluasi terhadap kerja kunjungan rumah Kerabat Stunting itu. Kami lalu putuskan untuk memperbanyak aktivitas penanganan dari hulu ke hilir, mulai dari persiapan persalinan (bumil) hingga pasca persalinann (bayi-balita jadi anggota keluarga),” tutur istri Tinus Kolin itu.

Babak baru Kerabat Stunting lalu diisi mereka dengan siraman ilmu pengetahuan dan praktik di ruang Kelas Ibu Hamil. Selain kunjungan rumah, tim Kerabat Stunting asuhan nakes PKM Kalike itu lalu meracik materi Kelas Bumil.

Baca Juga: VIRAL! Waduk Tuiniti di Desa Tubu-Timor Bisa Berubah Warna Serupa Danau Kelimutu, Begini Kisahnya

Rita Fernandez menjelaskan, materi-materi yang disusun bersentuhan langsung dengan faktor-faktor penyebab stunting.

“Kami lalu susun materi mulai dari perencanaan persalinan, menolong persalinanan, persalinan harus di faskes, IMD, ASI Ekslusif dan lain sebagainya. Jadi konsentrasi perhatian harus sudah mulai dari kehamilan, melahirkan, wajib IMD, kunjungan rumah pasca persalinan hingga ketika bertumbuh menjadi balita,” tandas Rita berapi-api.

Aksi gempur stunting di Kelas Ibu Balita Kecamatan Solor Selatan.// Emnir/FLORESTERKINI.com

Setelah Kelas Bumil, tahapan berikutnya dari kerja Kerabat Stunting adalah Kelas Ibu Balita. Program tersebut dilaksanakan mereka pada November 2023.

Sebagaimana yang diutarakan Rita Fernandez, Kelas Ibu Balita ini dijalankan pada setiap jadwal Posyandu balita pasca penimbangan. Pesertanya adalah semua ibu balita.

Baca Juga: Aswarodi Dilantik Jadi Penjabat Bupati Lampung Utara, Gubernur Arinal Djunaidi Titip 4 Pesan Penting

“Mereka dibagi dalam tiga kelompok, yakni kelompok ibu balita pada rentang umur 0-12 bulan, kelompok umur 1-2 tahun, dan kelompok 2-5 tahun. Materi yang diberikan pada setiap kelompok dalam Kelas Ibu Balita ini pun berkisar tentang gizi, perawatan kesehatan gigi, pertumbuhan dan perkembangan balita, makanan pendamping ASI, jadwal makan anak serta penyakit yang sering diderita anak,” ungkapnya.

Selanjutnya, tim Kerabat Stunting lalu melakukan kunjungan rumah berdasarkan hasil penimbangan tersebut. Ruang kerja di tahapan ini lebih difokuskan pada keluarga yang anaknya tersandera permasalah gizi (gizi buruk) selain stunting.

Aksi gempur stunting di Kelas Ibu Balita Kecamatan Solor Selatan.// Emnir/FLORESTERKINI.com

“Kami kunjungi anak yang berat badan dua bulan berturut-turut tidak naik, anak yang underweight dan wasting. Kami bukan abaikan stunting! Stunting pada kenyataannya sudah ada, sehingga konsentrasi kita adalah pada tindakan mengempang penambahan angka stunting! Sehingga konsennya lebih mengarah pada 2T, underweight dan wasting,” urai Rita penuh semangat.

Tak berhenti di situ, tim Kerabat Stunting pun merengsek masuk pada barisan lansia. Kelompok opa dan oma itu pun diajak mereka untuk turut serta memberi perhatian pada cucu mereka.

Baca Juga: Mahasiswa Universitas Negeri di Indonesia Magang di Kebun Kopi Kenarikun Nilo-Sikka

Usaha ini diintensifkan tim nakes pimpinan Rita Fernandez di ruang posyandu lansia. Pada kegiatan prolanis, para nakes menyiramkan materi kepada para lansia tentang penanganan permasalahan stunting.

“Mengapa kami merambah perluasan ini kepada barisan opa dan oma? Ya, karena adalah pengasuh cucu mereka sewaktu orangtua anak sedang bepergian, semisal ke kebun, pasar, dan lain sebagainya. Nah, para opa dan oma ini pun harus tahu tentang penyebab stunting, kalau cucunya stunting, mereka pun harus tahu apa yang harus mereka lakukan,” pungkas Rita Fernandez yang mengaku sangat bangga akan antusias para lansia di wilker PKM Kalike itu.

Berkat kerja sama dengan pola baru itu, pada penimbangan Maret 2024 terjadi penurunan angka stunting yang lumayan pesat. Tercatat di periode akhir 2023 ada sebanyak 91 anak stunting, di penimbangan Maret 2024 menyisakan 67 kasus, kasus wasting berjumlah 52, dan undeweight 98.***

Editor: Ade Riberu

Tags

Terkini

Terpopuler