Menurut Soebagijo, kekeliruan bahkan kesalahan terbesar yang sering dilakukan mereka dengan kondisi ini yakni langsung meminta dokter gigi mencabut gigi goyang itu, padahal sebenarnya dia mengalami diabetes.
"Kalau gulanya tinggi akan terjadi goyang (gigi), yang salah itu dicabut. Itu sering terjadi, dia (pasien) tidak tahu diabetes. Gigi goyang lalu ke dokter gigi minta dicabut," kata dia.
Soebagijo mengatakan, apabila kadar gula darah membaik atau terkontrol, komposisi gusi akan membaik dan gigi pasien diabetes tak akan goyang lagi.
Merujuk laman Very Well Health, penyakit diabetes dapat meningkatkan kemungkinan timbulnya berbagai masalah mulut. Glukosa (gula) yang tinggi dalam darah menyebabkan peningkatan kadar gula dalam air liur.
Bakteri dalam plak, lapisan lengket yang menumpuk di gigi, memakan gula tersebut, yang dapat menyebabkan kerusakan gigi, gigi berlubang, dan kehilangan gigi, serta meningkatkan risiko periodontitis (penyakit gusi).
Selain itu, diabetes melemahkan sistem kekebalan tubuh, sehingga mempersulit penyembuhan infeksi dan mengatasi masalah pada mulut. Hal ini juga meningkatkan risiko periodontitis dan memengaruhi proses penyembuhan.
Baca Juga: Catat! Ini Daerah-daerah di Indonesia yang Diprediksi Bakal Rawan Turun Hujan hingga Pemilu 2024
Di sisi lain, produksi air liur yang tidak mencukupi dapat menjadi efek samping dari obat diabetes tertentu. Mulut yang terlalu kering akan mengurangi kemampuan membersihkan partikel makanan dari mulut dan menghentikan bakteri membentuk plak, sehingga meningkatkan risiko kerusakan gigi, gigi berlubang, dan gigi lepas.
Kemudian, seperti dikatakan Soebagijo, mengontrol diabetes akan sangat membantu dalam melindungi gigi dan gusi dan ini pada gilirannya, juga akan membantu pasien mengelola diabetesnya.*