Harga Minyak Goreng di Pulau Solor Tembus Rp145 Ribu, Pedagang Eceran Mogok Jual

2 April 2022, 10:54 WIB
ILUSTRASI minyak goreng. /ANTARA/Yusuf Nugroho/

FLORES TERKINI - Melambungnya harga minyak goreng di Indonesia bukan saja dialami oleh warga di kota-kota besar seperti di Pulau Jawa dan sekitarnya.

Namun melonjaknya harga minyak goreng ini dirasakan juga oleh masyarakat di pelosok negeri ini seperti di pasar-pasar wilayah Pulau Solor, Kabupaten Flores Timur (Flotim), Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).

Di beberapa pasar tradisional di pulau terkecil di Kabupaten Flotim tersebut, harga minyak goreng premium kian meningkat.

Baca Juga: Legenda Sepakbola Inggris Ini Beli Kain Songket dari Manggarai, Pelaku UMKM: Saya Bangga!

Hal tersebut seperti yang terpantau di pasar lokal Kowo, Desa Lewograran, Kecamatan Solor Selatan, Sabtu 2 April 2022 pukul 08.00 WITA.

Sebut saja harga minyak goreng jenis Bimoli, Lovina, Rakyat, SunCo dan Hemart kian meningkat, bahkan tembus dengan harga Rp145 ribu.

Melonjaknya harga minyak goreng ini membuat banyak pedagang kios (eceran) terpaksa menghentikan pembelanjaan untuk dipasarkan kembali.

Baca Juga: Jadwal Acara dan Live Streaming RCTI 2 April 2022, Nonton Hati Sang Bidadari dan Hafiz Indonesia

Secara khusus terpantau di lapak milik Lena Aran, minyak goreng jenis Lovina berukuran 500 ml dijual dengan harga Rp16 ribu, sedangkan 1 liter terpatok Rp30 ribu, dan Rp32 ribu untuk jenis Bimoli.

Sedangkan Bimoli berukuran 2 liter, Lena Aran menjualnya dengan harga Rp60 ribu, dan jenis Rakyat berukuran 5 liter dijualnya dengan harga Rp145 ribu.

Dirinya mengatakan, minyak goreng dijual dengan harga seperti di atas lantaran harga jual minyak tersebut toko-toko di Larantuka terus mengalami kenaikan.

Baca Juga: Hasil Undian Piala Dunia 2022 Qatar, Bentrok Messi vs Lewandowski Bakal Tersaji

"Kami menjualnya dengan harga seperti ini karena di saat pembelanjaan di toko, kami pun berhadapan dengan harga jual yang terus mengalami kenaikan. Stok yang kami belanjakan pun sedikit lantaran semakin berkurang  pula stok pada toko," tutur Lena Aran, pedagang pada Pasar Kowo.

Berbeda dengan Lena Aran, pedagang kios lainnya di Desa Kalike, Paskalis Kolin, memilih untuk tidak lagi mendagangkan minyak goreng akibat kenaikan harga dan semakin langkanya minyak goreng.

Hal itu dilakukan semenjak dua bulan terakhir ini terutama pasca melambungnya harga minyak goreng secara nasional.

Baca Juga: Jadwal Acara dan Live Streaming SCTV 2 April 2022, Saksikan Magic Tasbih dan Dewi Rindu

"Sudah dua bulan lebih ini, saya tidak lagi menjual migor, karena ketiadaan stok pada toko yang biasa saya belanjakan. Hari ini saya datang ke Pasar Kowo ini hanya untuk mengecek harga. Kalau terkalkulasikan tidak memberatkan pembeli maka saya bisa beli satu-dua dos. Dan ternyata harganya semakin naik. Bukan soal mendapatkan keuntungan, namun pembeli pasti akan kewalahan dan akhirnya tidak membelinya," ungkap Paskalis Kolin.

Senada, Susana Benga Beda, pemilik Kios Rexi di Desa Lewograran, pun terpaksa menghentikan penjualan minyak goreng di kios miliknya.

"Semakin susah kami mendapatkan stok migor (minyak goreng). Di saat kita menjumpai ada yang menjual, harganya telah melambung. Ya, terpaksa kita tidak membelanjakannya. Sudah hampir tiga minggu ini, kami tidak lagi menjual migor pada kios kami," kisah Susan Benga.***

Editor: Max Werang

Tags

Terkini

Terpopuler