Ratusan Rumah di Namangkewa-Sikka Terendam Banjir, Aktivitas Tambang Ilegal di DAS Napunseda Jadi Pemicu

24 April 2024, 20:53 WIB
Turap pengaman kali yang ambruk di kali Napunseda, Rabu (24/04/2024). /Marsel Feka/FLORESTERKINI.com

FLORESTERKINI.com – Ratusan rumah warga di RT 02, RT 06, RT 07, dan RT 011, Desa Namangkewa, Kecamatan Kewapante, Kabupaten Sikka, terendam banjir pada Jumat, 19 April 2024 lalu.

Banjir bandang itu disinyalir berasal dari luapan air di Daerah Aliran Sungai (DAS) Napunseda.

Tak hanya rumah warga, kompleks Mako Brimob yang berada di desa tersebut juga ikut terendam banjir, dengan ketinggian air hingga 1 meter.

Kepala Desa Namangkewa, Nikolaus Nong Bale, mengatakan bahwa banjir di empat RT tersebut berdampak terhadap 105 Kepala Keluarga (KK).

Lebih lanjut kata dia, banjir itu bukan hanya disebabkan oleh hujan dengan instensitas tinggi di wilayah pegunungan, namun dipicu juga oleh adanya aktivitas tambang Galian C ilegal yang terjadi di sekitar DAS Napunseda.

Menurutnya, aktivitas tambang ilegal tersebut sudah berlangsung selama empat tahun terakhir, yang dilakukan persis di DAS Napunseda, tepatnya di kebun warga yang berada di tepi kali Napunseda.

“Kami sudah tegur berulang kali dari Pemdes Namangkewa, dari Dinas Lingkungan Hidup juga sudah datang beri peringatan, tetapi tidak digubris, sampai dikeluarkan surat penghentian aktivitas dari DLH, hasilnya tetap sama, warga tetap gali pasir di situ,” kata Nikolaus Nong Bale, saat ditemui FLORESTERKINI.com di kediamannya, Rabu, 24 April 2024.

Ia mengatakan, aktivitas penggalian pasir oleh warga untuk dijual itu pertama kali dilakukan di area kebun, kurang lebih pada empat bidang lahan milik warga setempat, kemudian bergeser terus sampai masuk di turap pengaman kali.

Penggalian itu pun mengakibatkan turap pengaman kali sepanjang 200 meter ambruk. “Setelah turap pengaman kali rubuh, mereka gali masuk di dalam kali. Ketika kami tegur, mereka bilang itu mereka punya tanah,” ujarnya.

Ia mengatakan, pasir yang digali dari lokasi tambang Galian C itu kemudian diperjualbelikan dengan menggunakan kendaraan pick up dan truk, yang datang membeli pasir di DAS Napunseda.

Pantauan awak media bersama Kades Namangkewa di lokasi tambang Galian C DAS Napunseda, tepatnya di Kampung Napunseda, tampak lubang galian kini terlihat mirip ‘danau berair coklat’, yang dipenuhi dengan ranting kayu dan bambu yang terapung.

Terlihat juga turap pengaman kali sepanjang 200 meter sisi kiri dan kanan yang ambruk, hingga tampak serupa tak ada penghalang antara kali dan kebun milik warga. Anak-anak pun terlihat berenang di danau yang berwarna kecoklatan itu tanpa beban.

Kondisi lubang Galian C di DAS Napunseda yang dipenuhi air.// Marsel Feka/FLORESTERKINI.com

“Lubang tambang ini ada di dalam area empat kebun warga Desa Namangkewa. Mereka gali manual saja, dua tahun lalu pernah ada excavator perusahaan masuk, hanya kami protes hentikan, sehingga berhenti pakai excavator,” ungkap Kades Nikolaus.

Lanjutnya, lubang itu membuat air yang masuk DAS Napunseda tidak hanya melewati kali, namun mengalir masuk ke dalam lubang galian hingga ke rumah-rumah warga di Dusun Namangjawa.

Nikolaus Nong Bale juga mengatakan, Pemkab Sikka yang diwakili Penjabat Sekda Sikka Femy Bapa, DLH, Polsek Kewapante, dan Camat Kewapante, sudah menggelar rapat bersama dan sepakat untuk menghentikan aktivitas penambangan galian C di DAS Napunseda.

Rapat oleh sejumlah unsur terkait tersebut berlangsung pada Senin, 22 April 2024 siang, di Kantor Camat Kewapante.

“Sudah disepakati akan dihentikan aktivitas penambangan Galian C, kemudian mereka yang melakukan penggalian juga sudah dipanggil, diperiksa oleh Polres Sikka,” pungkasnya.***

Editor: Ade Riberu

Tags

Terkini

Terpopuler