"Sepakat teman-teman?" teriak Badin.
"Sepakat, sepakat," sambung massa.
"Kami gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia mengecam kebijakan-kebijakan pemerintah yang tidak pro terhadap mahasiswa, yang tidak pro terhadap masyarakat, yang tidak pro terhadap kaum-kaum marhaen," ungkapnya.
Badin menyebut sudah dua kali mereka datang ke kantor bupati. Bahkan, surat pemberitahuan juga sudah dilayangkan. Sayangnya, pemimpin di daerah tidak berada di tempat.
"Wahai masyarakat-masyarakat Lamaholot lihatlah pemimpinmu mau jadi apa negeri ini. Sudah dua kali kami menginjakkan kaki di depan gedung ini tetapi di mana batang hidungnya. Ini merupakan bagian dari kontrol pemuda. Pemuda adalah agent of change, agen perubahan," katanya keras.
Baca Juga: Padang dan Areal Pembibitan Kelor di Solor Barat Habis Dilalap Si Jago Merah
Badin melanjutkan bahwa sepertinya ada aksi dengan sengaja bupati menghindar dari kunjungan mahasiswa.
"Hei pak bupati di mana kau? Sampai kapan Engkau terus menghindar? Hari ini kami setuju bahwa beliau menghindar. Surat pemberitahuan kami sampaikan jauh-jauh hari. Dan, saya yakin surat itu sudah sampai di tangan beliau tapi apakah dia ada? Ha....??", ujar Badin sembari menendang ban yang sedang terbakar hangus.