Menurut Wengs, setiap gerakan di dalam tarian Hegong dalam empat babak tersebut memiliki artinya masing-masing.
Babak pertama menggambarkan semangat para penari, babak kedua menggambarkan jiwa kaum lelaki dalam mempertahankan dan melindungi kaum wanita, babak ketiga menggambarkan kerja sama antara pria dan wanita, dan babak terakhir mengartikan proses memantau musuh atau lawan.
Khusus babak terakhir tersebut, orang atau penari yang diangkat dengan sebatang bambu bertindak sebagai pemantau musuh atau lawan, sedangkan posisi penari lainnya menggambarkan proses kesiagaan mereka dalam menghadapi serangan.
Tampilnya tarian Hegong dalam Konferensi Polwan sedunia tersebut tentunya merupakan kebanggaan tersendiri, terutama bagi masyarakat Maumere, Kabupaten Sikka.
Selain tarian Hegong, kesempatan itu juga dimanfaatkan oleh Wakil Gubernur NTT, Josef Nae Soi, untuk memperkenalkan pariwisata NTT lainnya yang tak kalah eksotik.
Wagub NTT menyebut, selain Labuan Bajo dengan Komodo-nya, NTT juga memiliki ikon pariwisata lainnya seperti Bukit Pelangi Kelabba Madja di Sabu, pertunjukan Dugong di Alor, dan beberapa ikon eksotik lainnya.
Baca Juga: Sinopsis Buku Harian Seorang Istri Rabu 10 November 2021: Alya Berulah Lagi, Junior Hampir Diculik
Sementara Konferensi Polwan sedunia yang diselenggarakan di Labuan Bajo tersebut merupakan kegiatan internasional pertama selama pandemi Covid-19.