Yamin Lewar yang baru saja dipilih oleh masyarakat Solor untuk ‘duduk’ sebagai anggota DPRD Kabupaten Flores Timur periode 2024-2029 ini menegaskan bahwa peristiwa ini sungguh sangat mencoreng citra pelayanan publik.
"Hal ini sangat mencoreng citra pelayan publik di tengah gencarnya upaya promotif dan preventif serta tingginya kesadaran ibu hamil dan keluarga dalam memilih untuk mengakhiri kehamilan pada fasilitas kesehatan yang sangat memadai," tegasnya.
Bukan sekedar itu, politisi Partai Perindo ini menguraikan tentang regulasi di mana melalui Pergub NTT Nomor 42 tahun 2009 tentang Revolusi KIA di NTT, merupakan sebuah upayah serius untuk akselerasi penurunan angka kematian ibu hamil dan bayi baru lahir di NTT.
"Oleh Pemerintah Flotim melalui Dinkes Flotim, telah menerjemahkan program tersebut melalui program dan kegiatan PKIA (Pekan Keselamatan Ibu dan Anak) dan 2H2 Center sebagai menara operasionalnya," jelas Yamin Lewar.
Menurut Yamin Lewar, sistem ini telah berjalan begitu hebat, hingga mengantarkan Pemda Flotim dalam menggapai penghargaan MDGs Word di Jakarta kala itu, sehingga Flotim menjadi perhatian dan salah satu tempat magang untuk kabupaten lain di NTT.
Namun seiring perjalanan waktu, kematian ibu hamil terus saja terjadi, bahkan terus berulang pada institusi pelayanan kesehatan yang memadai.
Yamin kembali meriwayatkan bahwa dua tahun lalu, kasus kematian ibu hamil juga terjadi di RSUD dr Hendrikus Fernandes Larantuka.
Salah seorang wanita Solor, kelahiran Kenere-Solor Selatan, harus pergi untuk selamanya di saat sedang menjalankan tugas luhur sebagai seorang wanita, sehingga menambah deretan kematian ibu sepanjang tahun berjalan.