9 Tahun Berdiri, SMAK Santo Mikhael Solor Berbenah Jadi Sekolah Negeri

- 25 April 2024, 16:45 WIB
Plt Kepala SMAK Santo Mikhael Solor, Basilius Sariama Sogen, S.Fil.
Plt Kepala SMAK Santo Mikhael Solor, Basilius Sariama Sogen, S.Fil. /Tintus Belang/FLORESTERKINI.com

FLORESTERKINI.com – Sekolah Menengah Agama Katolik (SMAK) Santo Mikhael sudah sembilan tahun menjejakkan tapaknya di 'Pulau Berbadan Batu' atau Pulau Solor, Kabupaten Flores Timur (Flotim), Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), sejak resmi berdiri pada tahun 2015 silam.

Sejak saat itu, lembaga pendidikan keagamaan bagi warga Solor ini telah menghasilkan sekian banyak output dan sederet prestasi, baik akademik maupun non-akademik, di tingkat kabupaten hingga provinsi.

Kini, pada usia yang menginjak satu dekade, taman persemaian kaum seminaris awam itu berbenah menjadi sekolah negeri.

Selama ini, SMAK Santo Mikhael Solor berada dibawah naungan Yayasan Persekolahan Umat Katolik Keuskupan Larantuka Kabupaten Flores Timur (Yapersuktim).

Perjuangan menjadi sekolah negeri itu menjadi semakin tampak dengan kehadiran tim visitasi dari Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat (Ditjen Bimas) Katolik di sekolah itu selama tiga hari, terhitung sejak 24 April sampai dengan 26 April 2024.

Kehadiran tim visitasi adalah untuk memastikan adanya kesesuaian antara dokumen usulan penegerian, dengan bukti atau fakta yang ada di lapangan.

Plt Kepala SMAK Santo Mikhael Solor Basilius Sariama Sogen mengatakan, perjuangan menuju penegerian lembaga pendidikan sudah dilakukan selama beberapa tahun terakhir, tepatnya dimulai pada 19 Februari tahun 2020.

Dalam perjalanan setelah usulan itu, pihak sekolah dibantu oleh sejumlah pemangku kepentingan bahu-membahu mempersiapkan hal-hal yang perlu sebagai syarat yang harus dipenuhi.

"Kami kerjakan apa yang menjadi tanggung jawab kami. Sementara itu, kami juga melibatkan orang tua siswa, Komite, Badan Penyelenggara dan masyarakat dari desa-desa pendukung," ujar Basilius saat ditemui wartawan, Rabu, 24 April 2024.

Dia menuturkan, jumlah siswa pada lembaga pendidikan itu saat ini adalah 70 orang. Akibat minimnya jumlah siswa, pihaknya hanya menyelenggarakan satu program jurusan, yakni program IIS.

Sementara program jurusan seperti MIA, Bahasa dan Keagamaan yang selama beberapa tahun ajaran sebelumnya terpaksa ditiadakan.

"Karena regulasi sudah mengatur tentang jumlah siawa ideal untuk setiap kelompok belajar, sehingga untuk tahun ajaran ini kami hanya selenggarakan satu program jurusan," katanya.

Basilius menjelaskan, SMAK Santo Mikhael Solor memiliki lima unit ruangan permanen yang terdiri dari tiga ruang belajar, satu ruang kepala sekolah dan pegawai serta satu ruang guru.

"Selain itu, kami juga punya dua ruang belajar darurat yanh didirikan secara swadaya oleh komite dan orangtua siswa," katanya.

Sementara itu, penanggung jawab penegerian SMAK Santo Mikhael Solor, Romo Emanuel Stefanus Buga Hurint, mengatakan bahwa pelaksanaan pendidikan tidak semata-mata merupakan sederetan persoalan yang harus diselesaikan, tetapi juga kenyataan yang harus dihadapi.

"Hari ini merupakan langkah awal terbukanya tirai kenisah di 'Rumah Kerahiman' dan taman persemaian ini," ujarnya.

Dirinya berharap, segala usaha dan perjuangan untuk menegerikan SMAK Santo Mkkhael mendapat dukungan dari banyak kalangan.

Hal itu dibuktikan dengan kehadiran mereka dalam acara penjemputan serta tatap muka bersama tim visitasi dari Ditjen Bimas Katolik.

"Karena kita buat apa yang kita bicarakan dan bicara apa yang kita buat," pungkas mantan Kepala SMAK Santo Mikhael Solor tersebut.***

Editor: Ade Riberu


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah