Ini Sebaran Lokasi Sesar Lembang, Diprediksi Bisa Jadi Ancaman Serius bagi Wilayah Bandung Raya

23 November 2022, 20:24 WIB
Ilustrasi sebaran Sesar Lembang di wilayah Bandung Raya, Jawa Barat. /Twitter.com/@DaryonoBMKG.

FLORES TERKINI – Gempa berkekuatan magnitudo 5,6 yang meluluhlantakkan sebagian besar wilayah Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, diduga disebabkan oleh Sesar Cimandiri.

Meski tidak memicu terjadinya tsunami, hingga saat ini korban jiwa akibat gempa Cianjur dilaporkan telah mencapai 271 orang.

Selain itu, gempa juga merusak 56.320 rumah warga, 124 tempat ibadah, 31 sekolah, 13 gedung perkantoran, dan 3 fasilitas kesehatan.

Baca Juga: Ronaldo Resmi Didepak MU, 4 Klub Ini Diprediksi Bisa Jadi Tempat CR7 Berlabuh, Nomor 3 Tak Terduga

Diketahui, gempa yang mengguncang wilayah Cianjur itu terjadi pada Senin, 21 November 2022 siang.

BMKG mengatakan, getaran gempa tepat terjadi pada pukul 13.21 WIB, berpusat di darat dengan kedalaman 10 km, serta diduga disebabkan oleh Sesar Cimandiri.

Meski demikian, Sesar Cimandiri bukanlah satu-satunya yang disebut-sebut berisiko menyebabkan bencana dahsyat di wilayah Jawa Barat khususnya.

Baca Juga: Link Nonton Ikatan Cinta Malam Ini: Detik-detik Mama Sarah Meninggal Dunia, Abimana Kena Getahnya

Terdapat juga Sesar Lembang yang disinyalir bisa menyebabkan bencana lebih dahsyat, jika terjadi patahan atau pergeseran.

Dikutip Floresterkini.com dari pikiran-rakyat.com dalam artikel “Ancaman Sesar Lembang Disebut Lebih Dahsyat Dibanding Cimandiri, Membentang dari Manglayang hingga Padalarang”, Sesar Lembang membentang sepanjang 29 kilometer, dari Gunung Manglayang di Timur Bandung ke sekitar wilayah Padalarang.

Detilnya, Sesar Lembang mengitari tepi utara Kota Bandung dan beberapa di Selatan Gunung Tangkuban Perahu, salah satu gunung api yang hingga kini masih aktif di Indonesia.

Baca Juga: Paus Fransiskus: Imam yang Tidak Berdoa Berakhir di Tempat Sampah

Jika terjadi pergerakan, Sesar Lembang dapat menimbulkan adanya gempa tektonik maupun longsor dan memiliki periode ulang sekitar 170 hingga 670 tahun.

Terakhir kali terjadi bencana alam yang disebabkan Sesar Lembang terjadi sekitar 500 tahun lalu. Artinya, sejak rentang hari ini hingga 100 tahun mendatang, kemungkinan bencana akan selalu ada.

Menjadi perhatian BNPB Indonesia, bahwa sepanjang Sesar Lembang terdapat berbagai lokasi dan fasilitas pariwisata marak dibangun.

Sempat terhenti lantaran aktivitas sesar masih anteng, Rahma Hanifa dari Pusat Studi Gempa Nasional menjelaskan bahwa GPS pemantau pergerakan mulai dipasang lagi untuk Sesar Lembang pada 2004.

Baca Juga: BREAKING NEWS! Gempa Magnitudo 6,0 Guncang Turki

Dari data GPS, dapat diambil simpulan Sesar Lembang memiliki pergerakan 2 hingga 6 milimeter per tahunnya.

Di sisi lain, Koordinator Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono, mengungkapkan seberapa bahayanya Sesar Lembang.

Menurut Daryono, hasil kajian para ahli menunjukkan bahwa sesar aktif ini memiliki magnitudo tertarget 6,8.

“Kapan gempa kuat akan terjadi, tidak seorang pun ada yang tahu. Agar selamat dari gempa, kita dapat melakukan upaya mitigasi konkret dengan membangun rumah tahan gempa dan belajar cara selamat saat terjadi gempa," ujar dia.

Baca Juga: Arab Saudi Kalahkan Argentina, Raja Salman Liburkan Semua Warganya

Dia menegaskan, keaktifan Sesar Lembang dapat dilihat dari aktivitas gempa-gempa kecil yang masih terjadi di sepanjang jalurnya.

Sejauh ini tercatat beberapa gempa terjadi di jalur sesar tersebut, di antaranya gempa Kampung Muril Cisarua dengan magnitudo 3,3 pada 28 Agustus 2011, dan gempa magnitudo 2,8 dan 2,9 pada 14 dan 18 Mei 2017.

Selain untuk memantau gempa di Indonesia, BMKG telah memasang dan mengoperasikan Seismograph WWSSN (World Wide Standardized Seismograph Network) untu memonitor aktivitas Sesar Lembang.

Baca Juga: Sinopsis Ikatan Cinta 23 November 2022: Persaingan Makin Panas, Aldebaran Beri Rendy Tugas Baru

Dari hasil penelitian BMKG dan mitra, terdapat 9 kali gempa di Sesar Lembang selama periode 2010 hingga Desember 2011.

Untuk antisipasi lebih mumpuni, per 2019, BMKG kembali memasang sebanyak 16 sensor seismik periode pendek (short period seismograph) secara lebih rapat.

Hal itu demi melengkapi 19 seismograf broadband yang sebelumnya telah terpasang di Jawa Barat dan Banten.*** (Siti Aisah Nurhalida Musthafa/Pikiran Rakyat)

Editor: Ade Riberu

Sumber: Pikiran Rakyat

Tags

Terkini

Terpopuler