Network
FLORES TERKINI - Pakar Ekonomi yang rajin mengkritisi kebijakan pemerintahan Jokowi, Rizal Ramli melontarkan pernyataan pedas terkait Jokowi.
Rizal Ramli kembali mengkritik Jokowi yang dianggapnya minim kapasitas dalam mengatasi berbagai persoalan negara.
Rizal Ramli menyebut Jokowi adalah Presiden yang tidak memiliki kemampuan mumpuni, sehingga krisis yang dihadapi Tanah Air tak mampu dipecahkan.
Baca Juga: Hasil Pertandingan Copa Amerika 2021 Grup A, Argentina Menang Tipis 1-0 atas Paraguay
Gaya kepemimpinan Jokowi disorot Rizal Ramli.
Ia menganggap mantan Gubernur DKI Jakarta itu tidak relevan dengan kondisi Indonesia yang membutuhkan terobosan, agar bisa keluar dari persoalan.
"Selain soal tidak sinkronnya Niat-Kata-Tindakan, masalah utama @jokowi adalah kapasitas yg sangat minim untuk tangani krisis: gagal ekonomi-gagal pandemi-gagal kurang korupsi," tulis Rizal Ramli di akun Twitter miliknya @RamliRizal, Selasa, 22 Juni 2021.
Inkonsistensi niat, kata dan tindakan Jokowi, bagi Rizal Ramli, jauh dari ideal kepemimpinan yang efektif.
Menyinggung wacana Presiden 3 Periode, Rizal Ramli membeberkan kepemimpinan Jokowi saat ini sedang dalam masalah.
Menurutnya, Jokowi tengah digerogoti para penjilat yang hendak menjerumuskan orang nomor satu di Indonesia itu.
Baca Juga: Pamer Ketiak Mulus, Gaya Busana Maria Vania Bikin Para Istri Makin Pantau Suami
"Mas.. Mas @jokowi gitu kok mau 3 periode. Mas lagi dijeremuskan oleh para penjilat," tulis Rizal Ramli.
Sebelumnya, Senin, 21 Juni 2021, sosok yang tak pernah berhenti menyoroti arah kebijakan ekonomi Indonesia ini menilai pemulihan ekonomi Indonesia berjalan sangat lambat.
Hal itu, menurut Rizal, bukan karena Covid-19 tetapi disebabkan oleh pengelolaan fiskal yang ugal-ugalan.
Baca Juga: Intip 5 Menu Favorit Presiden Jokowi di Hari Ulang Tahunnya ke-60, Salah Satunya Bebek Goreng
"Pemulihan ekonomi Indonesia termasuk yg sangat lambat, bukan hanya karena Covid, tetapi karena pengelolaan fiskal yg ugal2an (tidak prudent)," tulis Rizal di akun Twitter @RamliRizal.
"Dan prioritas tidak fokus baik dari segi penerimaan maupun pengeluaran. Gitu aja kok susah amat ngerti-nya," tulisnya lagi.***
