"Itu menjadi early warning, seperti dikatakan akan ada (kemungkinan) pemakzulan. Itu sebuah peringatan, jangan dianggap remeh," ujarnya.
Kemudian, pengamat dan konsultan politik Eep Saefullah Fatah mengatakan bahwa saat ini Presiden Jokowi tengah dalam ancaman pemakzulan yang terpicu oleh empat faktor.
Salah satunya akibat dampak putusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang memberi karpet merah bagi Gibran Rakabuming Raka untuk berlaga di pemilihan presiden (Pilpres) 2024.
“Indonesia yang akan karam itu. Saya adalah penumpangnya. Saya bukan penonton di pantai yang akan menonton Indonesia tenggelam,” katanya.
Isu ini kemudian bergulir dan mendapat tanggapan dari berbagai tokoh, salah satunya adalah elit PDIP Pandapotan Maruli Asi Nababan. Ia mengatakan, pemakzulan Jokowi merupakan puncak kekecewaan publik atas politik dinasti yang ditudingkan kepadanya.
"Kondisi Ibu Mega sekarang tengah dalam keprihatinan," ujarnya.
Menurut Ikhyar, pola kampanye negatif dari oposisi yang menuduh kekuasaan tidak netral merupakan lagu lama yang diputar berulang-ulang menjelang pilpres.
Baca Juga: Usai SBY Bertemu Jokowi, Demokrat Akui Belum Ada Arahan Khusus
"Munculnya strategi dan isu pemakzulan Jokowi merupakan bentuk dari kepanikan elit politik yang takut calonnya akan kalah telak jika kontestasi berlangsung normal dan fair. Model kampanye seperti ini (adalah) lagu lama yang selalu diputar berulang-ulang menjelang pemilu dan pilpres," jelas Ikhyar.