"Pada masa lampau nenek moyang etnis Soge Lakarowe, Kewa Kalamidi (Suku Krowin) yang bernama Raya Mai Nau, Tuan Mau Koli, melakukan pelayaran dari Sika Paga Maga-Lado Wolo Koli (Maumere) bersama keluarganya meninggalkan tanah kelahirannya karena lingkungan sebagai tempat kelahiran mereka tidak lagi bersahabat," ujar Siprianus Wokal dengan penuh semangat membara.
Lebih lanjut dikisahkannya, di wilayah mereka terjadi perang saudara yang mengakibatkan perpecahan di antara mereka.
Oleh karena peristiwa itu, mereka mengambil keputusan untuk meninggalkan tanah kelahiran mereka dengan melakukan perjalanan yang panjang melalui laut dengan berlayar untuk mencari jejak saudara sulung mereka yang telah mendahuluinya meninggalkan tanah kelahiran mereka, yakni etnis Soge Buko Pu'an-Bayo Belo Ele (Suku Melur).
Baca Juga: Rossa Kembalikan Uang Jutaan Rupiah, Pemberian dari DNA Pro sebagai Honor Manggung di Bali
Dalam pelayarannya, mereka menyempatkan diri singgah di sebuah kampung yang bernama Lewo Maku Lama Ole, Tanah Ole Doro Doan (Desa Lewotana Ole, sekarang).
Namun mereka tidak menetap di sana. Perjalanan pelayaran mereka diteruskan kembali dan akhirnya mereka berlabuh di sebuah pantai yang bernama A'i mula wato-nama hadi kayo.
Selanjutnya mereka diterima oleh Raya Deo Ine Ama, Tua Wason Wayon Nama, dari suku Melu Tanah Tawa, Muki Ekan Gere, Melu Ile Jadi- Muki Woka Dewa, Kepitan Ile, sebagai orang tempatan yang mendiami Lewo Waseng Lama Duran Tanah Teta Lela Kirin (Desa Sulengwaseng saat ini).
Siprianus Wokal kembali mengisahkan bahwa saudara sulung mereka juga diterima oleh etnis yang sama dan di tempat yang sama pula.