Perjalanan dari Kota Larantuka menuju danau pun disuguhi pemandangan khas Kecamatan Tanjung Bunga, yakni banyaknya pohon mete yang lebih mirip hutan. Mete memang jadi komoditi primadona warga Kabupaten Flores Timur.
Danau Asmara ini sebenarnya terbentuk akibat letusan gunung Sodoberawao pada 400 sampai 500 Sebelum Masehi (SM).
Nama lain dari Danau Asmara adalah Danau Waibelen. Penyebutan Danau Waibelen menjadi Danau Asmara terjadi sekitar tahun 1970-an.
Danau Waibelen kala itu, menjadi satu-satunya sumber air bagi masyarakat Desa Waibao yang terdiri dari Kampung Keka, Tengadei, Riangpuho, dan Lebao.
Setiap hari, warga turun ke danau untuk mengambil air, memenuhi kebutuhannya sehari-hari, baik untuk minum, mandi, ataupun mencuci.
Bermula dari kisah sepasang sejoli yang lagi dimabuk asmara, yang mana keduanya tak direstui orang tua karena mereka masih punya ikatan kekerabatan keluarga yang masih sangat rapat.
Mendapat penerimaan demikian, keduanya bersepakat bunuh diri di Danau Waibelen, tempat yang hampir setiap hari mereka kunjungi untuk memadu kasih.
Keduanya pun lantas menyusuri jalan menurun ke danau pada jalan yang biasa mereka lewati bersama warga lain dari Kampung Tengadei.