Selama bertahun-tahun, BBH terus menciptakan kampanye-kampanye yang sukses dan mendapatkan reputasi sebagai salah satu agensi periklanan paling kreatif di dunia. Mereka telah bekerja dengan berbagai merek terkenal, seperti Levi's, British Airways, Axe (Lynx), dan banyak lagi.
BBH juga terlibat dalam beragam proyek, termasuk pengembangan film pendek dan konten digital yang inovatif. Dengan fokus pada kreativitas, perusahaan ini terus menjadi salah satu pemimpin dalam industri periklanan global.
Baca Juga: Mahfud Md Akui Peran Penting Wartawan Selama Menjabat Sebagai Menko Polhukam
Nah, pada tahun 2020, tiba-tiba saja munculah sebuah aplikasi penghasil uang bernama BBH IND. Dengan berkaca pada perusahaan asal London tersebut di atas, banyak pengguna lantas membanjiri aplikasi ini. Tujuannya pasti untuk berinvestasi dan meraih keuntungan.
Meski demikian, kemunculan aplikasi ini justru melahirkan keraguan. Dari sanalah berbagai pertanyaan dilahirkan, seperti yang telah disebutkan di atas. Apalagi pendapat seorang pakar kartu kredit dan investasi online menambah keraguan dan kredibilitas aplikasi ini.
Adalah Roy Shakti yang mulai meragukan kebenaran dari aplikasi ini. Menurutnya, sinyal dan tanda-tanda kebohongan aplikasi investasi dan penghasil uang BBH IND perlahan mulai terlihat.
Baca Juga: Polda Metro Jaya Bakal Selidiki Kekerasan dalam Demo APDESI: Siapa yang Bertanggung Jawab?
Aplikasi ini menuai kekhawatiran karena diduga menggunakan skema ponzi yang dapat membahayakan penggunanya. Tanda-tanda kecurigaan muncul terutama dalam prosedur pendaftaran yang meminta deposit awal, menciptakan keraguan terhadap keamanan dan integritas platform ini. Keberlanjutan investigasi menjadi penting untuk memahami dampak potensialnya bagi para pengguna.
Berdasarkan informasi yang dimuat dalam beberapa video di TikTok, Roy Shakti secara tegas menyatakan jika aplikasi BBH Indonesia sama sekali tidak ada kaitannya dengan perusahaan BBH dari London.
Roy menekankan pentingnya kecerdasan masyarakat dalam mengidentifikasi aplikasi palsu. Baginya, penampilan di televisi tidak mencerminkan legalitas perusahaan, melainkan kemampuan finansial perusahaan tersebut.