Krisis Kemanusiaan di Afghanistan, Dominic Raab Akui Inggris Perlu Menyesuaikan Diri dengan Taliban

11 September 2021, 12:54 WIB
Menlu Inggris Dominic Raab. /REUTERS/Hannah McKay.

FLORES TERKINI - Berbicara setelah pembicaraan di Qatar, Dominic Raab mengakui bahwa Inggris harus menyesuaikan diri dengan kenyataan baru setelah pengambilalihan cepat oleh Taliban.

Dia mengatakan Inggris tidak akan mengakui kelompok militan kapan pun di masa mendatang, dan menguraikan tujuan pemerintahnya.

"Saya pikir ada empat hal utama yang telah kami diskusikan dan kami sangat berpikiran sama; yang pertama adalah memastikan Afghanistan tidak lagi menjadi surga atau pelabuhan bagi teroris," katanya.

Baca Juga: Tentara Elit Guinea Rebut Kursi Presiden Alpha Conde, PBB Kutuk Pengambilalihan Militer

Raab menegaskan bahwa, hal ini untuk mencegah krisis kemanusiaan dan karenanya mereka menggandakan pengeluaran bantuan untuk Afghanistan tahun ini. Efek langsungnya adalah untuk menjaga stabilitas regional.

"Untuk menguji dan meminta pertanggungjawaban Taliban atas komitmen mereka ... dan jelas kami akan melihat dengan sangat hati-hati pada apa yang terjadi di bidang hak asasi manusia dan perlakuan terhadap perempuan dan anak perempuan,” tambahnya.

Dia mengatakan kerja sama di penyeberangan perbatasan adalah ujian pertama yang penting dari hubungan Taliban dengan Barat.

Baca Juga: El Salvador Membuka Pintu untuk Pemilihan Kembali Presiden, Presiden Nayib Bukele Kembali Mencalonkan Diri

Di tempat lain, Jenderal Mark Milley, ketua kepala staf gabungan AS telah berbicara tentang "kemarahan dan rasa sakit" perang.

Lebih jauh, Raab menulis di Twitter miliknya bahwa pembentukan pemerintahan baru Lebanon harus ada pelaksanaan reformasi, Sabtu 11 September 2021.

“Pembentukan pemerintahan baru Lebanon harus diikuti dengan pelaksanaan reformasi mendesak, kesimpulan transparan dari penyelidikan ledakan tragis Beirut dan pemilihan tepat waktu tahun depan. Inggris mendukung Lebanon, tetapi kita harus melihat tindakan bersama,” tegasnya.***

Editor: Eto Kwuta

Sumber: Vatican News

Tags

Terkini

Terpopuler