Selain pneumonia dan diare, penyebab tingginya angka kematian bayi di NTT juga disebabkan oleh asfiksia.
Asfiksia adalah kegagalan bernapas secara spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah lahir.
Sedangkan pneumonia berupa infeksi saluran napas bawah akut yang ditandai dengan demam, gejala saluran napas, dan bukti keterlibatan jaringan atau parenkim paru.
Kematian bayi pun juga diakibatkan karena stunting hingga dengan kurang gizi kronis yang menyebabkan berat badan bayi rendah.
"Berat badan bayi yang rendah atau kurang gizi juga dapat menyebabkan kematian bila tidak diantisipasi dengan asupan makanan," ungkap dia.
Baca Juga: Harga BBM Terkini di Seluruh Indonesia, Sabtu 3 September 2022: Pertalite dan Solar Masih Stabil?
Adanya kasus ini diikuti dengan meningkatnya kesadaran atau partisipasi masyarakat mengakses layanan masyarakat NTT ke fasilitas kesehatan.
Menurut dia, kematian terhadap bayi tidak saja karena kekurangan asupan dari orang tua, tapi juga bisa karena kurangnya kompetensi tenaga medis atau karena minimnya sarana kesehatan.
"Ini dapat menjadi penyumbang kematian terbesar terhadap bayi di NTT," ungkap dia.