Tingkat ASI Ekslusif Meningkat Tapi Stunting Masih Tinggi di Beberapa Wilayah, Ternyata Ini Alasannya!

- 26 Januari 2024, 20:29 WIB
Ilustrasi. Seorang ibu sedang memberikan ASI eksklusif kepada bayinya.
Ilustrasi. Seorang ibu sedang memberikan ASI eksklusif kepada bayinya. /

“Awalnya sempat berusaha pumping ASI di kantor. Tapi lama-lama stres juga, rajin pumping tapi ASI semakin sedikit dan tidak cukup. Akhirnya saya menguatkan diri untuk mengabaikan perkataan orang lain yang menyayangkan saya terpaksa memberikan susu tambahan. Saya pikir, ketenangan ibu lebih penting daripada memaksakan hal yang malah membuat pikiran saya menjadi berantakan,” jelas Nurlaila.

Baca Juga: 3 Nelayan Asal Rote Ndao Terancam Hukuman Mati, Apa Sebab?

Suci, seorang guru paruh waktu dari Desa Curug Bitung Nanggung, juga menghadapi tantangan saat harus kembali bekerja setelah cuti melahirkan tiga bulan. Minim fasilitas penyimpanan ASI perah membuatnya memberikan susu formula untuk anaknya.

“Pasti semua ibu ingin yang terbaik untuk anaknya, semua ingin kasih ASI. Tapi kalau tidak memungkinkan bagaimana? Yang penting anak saya dapat tumbuh dengan sehat,” jelas Suci.

Demikian juga, Ida, seorang ibu rumah tangga dari Desa Barengkok, Bogor, Jawa Barat yang tidak dapat memberikan ASI sejak lahir, sebab ia mengalami pembengkakan payudara.

Namun kendala finansial membuatnya tidak bisa memberikan susu formula untuk sang anak. Alhasil, Ida mengalihkan kebutuhan anaknya ke susu yang lebih terjangkau penghasilan keluarganya, yaitu kental manis.

Baca Juga: ‘Harus Kawin’ Tembus 15 Juta Penonton di Episode Ketiga, Kisah Penuh Intrik Plus Humor Jadi Pemicu?

Serupa denga Ida, Euis dari Desa Cibeber yang sehari-hari bertani pun memilih susu kental manis. Ia mengaku tak bisa memenuhi kebutuhan ASI untuk sang anak, namun juga harus mempertimbangkan jatah pengeluaran keluarga.

Euis mengaku, dengan memberikan susu kental manis untuk sang bayi dapat menggantikan ASI. Sangat disayangkan, kedua ibu muda itu tidak menyadari risiko tingginya kandungan gula pada produk susu kental manis yang dikonsumsi oleh anaknya 2-4 kali sehari.

Terhambatnya pemberian ASI selama ini kerap dikaitkan dengan keberadaan susu formula. Jika berkaca pada kisah sejumlah ibu di atas, terdapat persoalan lain yang mengakar ketimbang mengambinghitamkan susu formula, yaitu minimnya regulasi yang dapat melindungi perempuan.

Halaman:

Editor: Ade Riberu


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah