Plt Bupati Lembata Gelar Seremoni Adat Amet Praat Jelang Rapat Terbatas Pamong Praja

- 3 Agustus 2021, 19:20 WIB
Tampak Plt. Bupati Lembata, Thomas Ola Langoday, bersama sejumlah tokoh adat dan tokoh masyarakat saat melakukan ritual adat.
Tampak Plt. Bupati Lembata, Thomas Ola Langoday, bersama sejumlah tokoh adat dan tokoh masyarakat saat melakukan ritual adat. /Yurgo Purab/FLORES TERKINI/

FLORES TERKINI - Plt Bupati Lembata, Thomas Ola Langoday, mengawali rapat terbatas Pamong Praja tingkat Kabupaten Lembata dengan terlebih dahulu melakukan seremoni adat untuk meminta izin dan restu agar pelaksanaan rapat dimaksud berjalan tanpa hambatan.

Rapat terbatas Pamong Praja ini dihadiri para kepala desa dan camat dari Kecamatan Ile Ape Timur dan Ile Ape, berlangsung di rumah jabatan (rujab) bupati Lembata, Selasa, Agustus 2021.

Seremonial adat Amet Praat itu dilakukan semata-mata karena rumah jabatan bupati Lembata nyaris tidak dimanfaatkan selama enam tahun.

Baca Juga: 236 KPM di Solor Barat Terima Bantuan Beras 10 Kg, Warga Malah Pertanyakan Alur Distribusi, Ini Alasannya

Menurut Thomas Ola Langoday, dirinya perlu melakukan seremoni adat karena sudah lama rumah jabatan itu tidak difungsikan.

"Jika tidak ada yang tinggal, rumah ini akan rusak," tutur Thomas Ola ketika melihat dari dekat seluruh ruangan yang ada di dalam rumah jabatan itu.

Rapat terbatas dengan agenda mencari solusi dan alternatif pemecahan masalah terkait erupsi gunung berapi Ile Lewotolok dan kebakaran hutan akibat lontaran lahar panas di wilayah gunung yang sama itu berhasil merumuskan tindakan kumulatif  yang harus dilakukan secara bersama sama.

Baca Juga: Ruas Jalan Kabupaten dari Tanalein ke Lewotana Ole Rusak Total, Warga Lakukan Perbaikan Secara Swadaya

Menurut Thomas Ola, tidak ada satupun kepala desa yang super hebat one man show yang bisa dan mampu menyelesaikan masalah secara individu. Dalam kasus erupsi gunung dan kebakaran hutan di wilayah Ile Ape, menurutnya harus ada pendekatan adat.

"Komunikasi adat terkait erupsi dan kebakaran gunung yang sedang dihadapi di Ile Ape harus menjadi perhatian serius semua pihak, terutama para kepala desa dan tokoh masyarakat di Ile Aleng gole Ile Ape," tegasnya.

Rapat terbatas itu berakhir dengan kesimpulan bahwa masing-masing camat melakukan koordinasi dan menggelar rapat bersama dengan tokoh adat, tokoh masyarakat, dan seluruh elemen lain di wilayah kecamatan, yakni Kecamatan Ile Ape Timur dan Ile Ape, untuk merumuskan secara bijaksana sesuai pranata adat.

Baca Juga: Warga Kota Larantuka Mendadak Panik Usai Diserbu Asap Hitam Tebal

"Jika bisa ritual adat itu dilaksanakan secara kumulatif atau bersama-sama, jangan dilakukan secara parsial, " tegas Kades Watodiri, Gregorius Walang.

Untuk diketahui, pelaksanaan ritual adat selama kurun waktu meletusnya gunung api Ile Lewotolok dari November tahun lalu sampai saat ini masih dilakukan secara parsial oleh masing-masing kelompok masyarakat adat.

Di Ile Ape, terdapat sejumlah kelompok masyarakat adat dengan ritualnya masing-masing. Ada kelompok masyarakat Adat Lewotolok, Atawatung, Napoulun, Peteebang,  Lewohala, Atawatun, Lamawolo, dan Lamarongan.

Mungkin ada benarnya jika kemudian seluruh kelompok masyarakat ini berada dalam satu rumah besar dan melaksanakan ritual adat secara bersama, demi meredakan meletusnya gunung api Ile Lewotolok. Inilah yang disebut dengan komunikasi adat.***

Editor: Ade Riberu


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah