Cerita Ibu-ibu di Sikka! Sempat Bangkrut, Kini Mangkal di Pasar Alok demi Penuhi Kebutuhan Sekolah Anak

- 26 Januari 2024, 07:29 WIB
Mama Theresia Tair, pedagang di Pasar Alok - Maumere, Flores.
Mama Theresia Tair, pedagang di Pasar Alok - Maumere, Flores. /Marsel Feka/FLORESTERKINI.com

FLORESTERKINI.com – Matahari terasa begitu menyengat di kawasan Pasar Alok, Kota Maumere, Kabupaten Sikka, Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT), pada Kamis, 25 Januari 2024 siang WITA. Di beberapa etalase seadanya, tampak beberapa ibu duduk murung penuh harap menjajaki jualan hasil bumi seperti ubi, pisang, dan buah-buahan.

Sekira 30-an menit berlalu, belum ada satu pun pungunjung yang tampak berhenti di depan Wayan Astini (47) dan Theresia Tair (50), untuk membeli jualan mereka. Harapan yang besar terpatri dari raut wajah keduanya menggerakkan hati awak media untuk menghampiri mereka, awalnya sekadar untuk berbasa-basi.

Pada titik itulah kisah perjalanan Wayan dan Theresia menjadi pedagang kaki lima pun terlontarkan dari mulut keduanya. Kepada FLORESTERKINI.com, dua sosok yang masing-masingnya berasal dari Desa Kajowair dan Desa Baumekot, Kecamatan Hewokloang, itu mengisahkan bahwa kegiatan menjadi pedagang kaki lima tersebut sudah mereka geluti kurang lebih tiga tahun belakangan, tidak semata demi memenuhi kebutuhan keluarga, namun terutama untuk biaya sekolah anak mereka.

Baca Juga: Meski Kalah dari Jepang, Indonesia FIX Lolos ke Babak 16 Besar Piala Asia 2023, Bakal Hadapi Australia

“Saya jualan sudah sekitar tiga tahun di Pasar Alok ini, karena saya punya tanggungan tiga anak sekolah. Satu sementara kuliah di Kampus Udayana Denpasar-Bali, terus yang duanya lagi masih SMP,” kata Wayan Astini yang mengaku telah menjalani kegiatan itu pasca COVID-19.

Wayan mengatakan, biaya sekolah untuk anak-anaknya itu tidaklah sedikit. Apalagi sang anak yang kini duduk di bangku kuliah tidak mendapatkan beasiswa. Alhasil, dirinya bersama suaminya yang berprofesi sebagai sopir harus tekun mencari uang, semuanya untuk memenuhi kebutuhan pendidikan anak-anaknya itu.

Kondisi itu tak jauh berbeda dengan pengakuan Ibu Theresia. Ia mengatakan, kurang lebih tiga tahun lamanya ia telah berjualan di lokasi terbuka di Pasar Alok. Panas mentari dan hujan deras sekalipun ia tetap bertahan hingga jualan yang dijajaki terjual habis sebelum pulang ke rumah. Menurut Theresia, hal ini dilakukannya agar anak-anaknya tetap bisa bersekolah.

Baca Juga: Meski Aktivitas Vulkanik Gunung Lewotobi Laki-laki Alami Penurunan, PVMBG Ingatkan Bahaya Banjir Lahar Dingin

“Kami jualan di sini mungkin sudah tiga tahun, untuk anak sekolah, yang satu di SMK Santa Matildaha, yang duanya masih SMP,” ujar Theresia.

Lebih lanjut Theresia mengaku, meskipun suaminya berprofesi sebagai seorang Aparatur Sipil Negara (ASN), ia tidak menggantungkan harapan sepenuhnya kepada penghasilan suaminya itu.

Ibu Wayan Astini, pedagang di Pasar Alok Maumere.
Ibu Wayan Astini, pedagang di Pasar Alok Maumere. Marsel Feka/FLORESTERKINI.com

“Saya di kampung itu terkadang banyak orang yang omong saya, kenapa suami sudah PNS tapi masih saja jualan di pasar, tapi saya tidak peduli, karena anak-anak butuh uang sekolah, terutama yang di SMK Matildha itu butuh uang setiap hari karena sudah kelas 3, print tugas setiap hari,” lanjutnya.

Baik Wayan maupun Theresia punya kisah yang mirip. Keduanya mengaku, sebelum mangkal di Pasar Alok, mereka sempat membuka usaha kios sembako kecil-kecilan. Sayangnya ketika COVID-19 merebak, bersamaan dengan itu usaha mereka bangkrut seketika.

Baca Juga: HP Gaming Masa Kini! POCO X6 5G dan M6 Pro Rilis 1 Februari 2024, Intip Spesifikasi Lengkap di Sini

Meski demikan, menurut Wayan dan Theresia, penghasilan dari aktivitas sebagai pedagang sayur-mayur dan buah-buahan di Pasar Alok jauh lebih baik, dibandingkan dengan hasil yang didapatkan dari usaha yang dirintis sebelumnya.

Adapun harga jualan mereka itu bervariasi, dari Rp5.000 hingga Rp10.000. jika terjual habis, Wayan dan Theresia bisa mendapatkan uang sekira Rp50.000 hingga Rp100.000 dalam sehari.

“Yang jualan di sini banyak, kami saling berebutan antara sesama penjual untuk menawarkan jualan, siapa cepat dia dapat. Kalau telat, kita tetap tunggu sampai semua barang habis terjual baru pulang ke rumah,” pungkas Wayan, diamini Theresia yang duduk tepat di sampingnya.***

Editor: Ade Riberu


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah