Asisten Kapten KM Sabuk Nusantara 55 Rute Wulandoni-Maumere Diduga Intimidasi Penumpang, Ini Pemicunya

- 25 Mei 2024, 16:15 WIB
Kapal Tol Laut Sabuk Nusantara 55 saat berlabuh di Pelabuhan Lorens Say Maumere, Jumat, 24 Mei 2024.
Kapal Tol Laut Sabuk Nusantara 55 saat berlabuh di Pelabuhan Lorens Say Maumere, Jumat, 24 Mei 2024. /Marsel Feka/FLORESTERKINI.com

FLORESTERKINI.com – Sejumlah penumpang kapal tol laut, KM Sabuk Nusantara 55, mengaku kecewa dan menyesalkan aksi seorang asisten kapten kapal yang terkesan arogan dan tidak kooperatif dalam melayani penumpang.

Kejadian itu bermula saat sejumlah penumpang hendak menaikkan barang milik mereka berupa pisang dan kelapa dari Pelabuhan Wulandoni di Kabupaten Lembata dan Menanga di Kabupaten Flores Timur.

Saat ditemui FLORESTERKINI.com, Jumat, 24 Mei 2024 sekira pukul 13.15 WITA di Pelabuhan Lorensay Maumere, para penumpang tersebut mengeluhkan perbuatan asisten kapten yang diketahui bernama Eron.

Eron dinilai bersikap arogan dan intimidatif kepada sejumlah penumpang saat hendak menaikkan barang-barang milik mereka berupa pisang dan kelapa tujuan Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB).

Kronologi Singkat Kejadian

Siti Habiba (53), kepada awak media didampingi rekan-rekannya menceritakan sikap intimidatif dari asisten kapten tersebut. Kejadian bermula di Pelabuhan Wulandoni saat pihaknya dan sejumlah rekannya hendak menaikkan barang milik mereka.

Pertengkaran itu pun terjadi akibat sang asisten kapal meminta ongkos bagasi kapal yang terlampau mahal, dari semula yang biasanya Rp3.000 per tandan (untuk pisang), malah dinaikkan menjadi Rp5.000 per tandan.

Karena merasa tidak puas, mereka pun protes. Menurut Siti dan rekan-rekannya, pisang milik mereka hanya sebanyak 150 tandan saat dihitung oleh buru di pelabuhan. Namun saat sudah di bagasi kapal, hitungannya sudah berbeda, yakni 250 tandan.

Peran ABK dengan Buruh Terungkap

Dijelaskannya, pada saat hitungan pisang yang sudah naik ke bagasi kapal, ternyata peran ABK dan buruh baru ketahuan, pasca hitungan jumlah muatan yang tidak sesuai dan berubah jumlah.

"Setiap kali hitung itu, kami gandeng di lokasi, sementara buru di sana hitung yang tandan kecil dengan harga Rp2.000 per tandan. Pisang saya cuma 150 tandan, kok kenapa mereka bisa hitungnya sampai 250 tandan dan menaikkan ongkos menjadi Rp5.000 per tandan?" tutur Siti Habiba.

Halaman:

Editor: Ade Riberu


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah