In Memoriam! Ignas Kleden: Tulisan yang Baik Tak Diukur dengan Konsep yang Rumit dan Membingungkan

- 22 Januari 2024, 08:44 WIB
Ignas Kleden.
Ignas Kleden. /Kolase Foto FLORESTERKINI.com/Facebook

“Dalam hal berbicara, isi pemikiran dapat dimengerti oleh pendengar melalui medium gerak tubuh dan intonasi suara. Tetapi seorang penulis tidak mampu menghadirkan diri secara langsung,” kata Ignas Kleden saat hadir dalam diskusi bersama Kelompok Menulis di Koran (KMK) Ledalero, Jumat, 14 September 2018, dikutip dari iftkledalero.ac.id.

Baca Juga: Aliran Lava Erupsi Gunung Lewotobi Hampir Masuk Kawasan Pemukiman, Tim SAR Perketat Pengawasan

Sosok yang pernah menjadi Dosen Universitas Indonesia (UI) itu melanjutkan, seorang penulis harus menulis dengan jelas sehingga pembaca dapat menemukan kesalahan dalam tulisannya. Baginya, tulisan ilmiah yang cenderung menggunakan bahasa yang rumit bukanlah seorang penulis yang berhasil.

"Penulis harus menguraikan pemikiran dengan jelas. Tulisan yang baik tidak diukur dengan konsep yang rumit dan membingungkan pembaca. Tulisan yang baik harus jelas. Kejelasan merupakan unsur pertama dari tulisan,” ujarnya.

Terkait dengan perkembangan teknologi yang juga berdampak pada dunia tulis-menulis, khususnya media sosial yang marak mereproduksi bahasa yang singkat dan memunculkan istilah-istilah baru, alumnus Universitas di Bielefeld-Jerman itu mengatakan bahwa seorang penulis yang baik harus meng-counter bahasa yang sudah menjadi kode dalam media sosial menjadi konsep, karena bahasa pada dasarnya adalah konsep, bukan hanya simbol semata.

Baca Juga: Proses Pencetakan E-KTP di Kabupaten Ende Terhambat, Disdukcapil Beberkan Penyebab Utamanya

“Perkembangan media sosial memengaruhi cara kita berkomunikasi antarmanusia. Bahasa komunikasi melalui WA, misalnya, membuat orang mengalihkan bahasa sebagai konsep menjadi semata-mata kode atau simbol,” kata cendekiawan yang pernah meraih penghargaan Achmad Bakrie pada 2003 bersama Sapardi Djoko Damono itu.

Ia menjelaskan, ada perbedaan antara simbol dan konsep. Simbol biasanya dibuat di jalan raya untuk memberi arah kendaraan. Sebagai konsep, bahasa menyampaikan ide yang jelas.

“Bahasa WA membuat orang tidak berkembang dalam pemikirannya. Perkembangan media sosial juga membuat orang mengejar kecepatan. Seorang penulis yang baik bukan hanya mengejar kecepatan menulis, tetapi juga kedalaman analisis,” pungkasnya.***

Halaman:

Editor: Ade Riberu


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah