Baca Juga: Obyek Wisata Populer di NTT yang Wajib Dikunjungi, Cocok Untuk Mengisi Libur Lebaran
Kemudian ada juga sapu curuk atau destar yang merupakan aksesoris kepala bagi pria dan tubi rapa berupa anyaman tradisional sebagai aksesoris di bagian dagu yang melambangkan kejantanan seorang pria Manggarai.
Sisi Lain Tarian Tiba Meka
Menurut Lasarus yang juga merupakan seorang pembina dan pelatih seni tari Sanggar Cahir Nai, tarian Tiba Meka pertama kali dirintis oleh Sanggar Lawe Lenggong sekira 20-an tahun lalu.
Konon, tarian Tiba Meka dimulai ketika masyarakat Manggarai menyambut para misionaris yang datang mewartakan kabar gembira dan menyebarluaskan agama Katolik di wilayah itu pada ratusan tahun lalu.
Baca Juga: Ini 5 Museum Unik Jakarta, Bisa Jadi Ide Liburan Lebaran Ciamik Sekaligus Menambah Ilmu Pengetahuan
Kini, ritus ini terus dipertahankan di Manggarai ketika menyambut para tamu agung seperti uskup, imam Katolik yang baru ditahbiskan, dan pejabat penting dari kerajaan, daerah, atau negara.
Bahkan, tarian Tiba Meka saat ini terus dilestarikan oleh para generasi penerus dan pencinta budaya Manggarai di beberapa sanggar budaya, salah satunya yang akan tampil di acara penyambutan para tamu KTT ASEAN 2023 di Labuan Bajo.
Lasarus mengakui bahwa seiring dengan perkembangan zaman, alur penampilan tarian Tiba Meka sesuai tradisi asli Manggarai pelan-pelan mulai memudar. Beberapa urutannya tidak lagi natural, di mana ada bagian tertentu dari ritus ini perlahan mulai hilang.
Baca Juga: Intip Eksotisnya TAFA di Fatukoa-Kupang, Rekomendasi Lokus Wisata di NTT yang Bisa Bikin Kamu Betah