Untuk kembali ke jalan hidup yang seharusnya, maka jembatan pengampunan mesti dibangun. Tak hanya itu, tetapi bahwa kita sendiri mesti melewatinya.
Agar sampai pada titik tuju, yakni perjumpaan kita kembali dengan Tuhan dan dengan sesama.
Jika kita bersalah, maka berjiwa besarlah untuk mohon ampun. Tindakan ini tentu menuntut pengakuan, kejujuran dan terlebih kerendahan hati.
Bahwa kita sungguh adalah orang yang bersalah. Yang sungguh suram dalam jalan hidup ini.
Tetapi, bagaimana sekiranya ada saudara yang datang meminta maaf padamu? Adakah kekuatan maaf dan pengampunan yang lahir dari jiwamu yang tulus?
Ataukah bahwa Anda 'tetap mencekik dia karena segala kesalahan dan dosanya?'
Sungguh tak gampang untuk satu tindakan 'memohon maaf.' Sebab seringkali akal budi lebih diandalkan untuk menekan kuat-kuat kerendahan hati, kejujuran dan nyanyian jiwa penuh penyesalan. Demi satu ungkapan mohon maaf dan pengampunan.
Tak mudah pula untuk masuk dalam kebesaran jiwa untuk memaafkan dan mengampuni. Sebab Ego telah mengelabui nurani kita. Bahwa kesalahan sesama mesti dirawat dalam dendam dan kebencian.