Tanda pertama: seorang asing menjadi sahabat seperjalanan. Dengan ini Tuhan mau menyatakan: kita para murid-Nya tidak pernah akan berjalan sendirian ketika dilanda duka derita yang paling getir sekalipun.
Ia yang sudah menderita, wafat dan bangkit itu akan tetap menyertai kita. Karena Dia sendiri adalah: "Jalan, Kebenaran, dan Hidup".
Tanda kedua: kisah sengsara diubah jadi Kabar Gembira. Kedua murid dengan sedih menceritakan sengsara dan kematian Yesus. Mereka hanya melihat sebuah riwayat yang gagal, sobek seperti tubuh-Nya yang koyak moyak di salib itu.
Yesus menenun kembali kisah itu menjadi Kabar Gembira dalam terang Kitab Suci, yang kini disinari cahaya Paskah. Pikiran kita belum memahami, budi kita belum mengerti.
Tetapi: "Bukankah hati kita berkobar-kobar ketika Ia berbicara kepada kita di tengah jalan dan menerangkan Kitab Suci kepada kita?" kata kedua murid itu.
Tanda ketiga: sepotong roti yang dipecahkan. Roti itu tak lain diri-Nya sendiri yang telah dikurbankan, yang kita kenangkan setiap kali dalam Ekaristi: "Buatlah ini sebagai kenangan akan Daku".
Yesus menghendaki agar kita meneruskan tanda kasih-Nya ini dalam tugas pengabdian tiap hari, khususnya bagi mereka yang paling menderita di sekitar kita.