Ketidakstabilan ini mempengaruhi mata pencaharian sekitar 4.000 nelayan, keluarga mereka, dan ribuan orang lainnya yang terlibat dalam industri ini.
Keluarga Khaled terkena dampak langsung. Khaled, lelaki berusia 55 tahun, mewarisi profesi nelayan dari ayahnya ketika dia baru berusia 10 tahun dan mewariskannya kepada kelima putranya.
“Memancing adalah semua yang kami ketahui, tetapi pendudukan tidak memungkinkan kami untuk menjalankan profesi kami dengan damai dan nyaman,” katanya.
Keluarga al-Habil memiliki kapal pukat, sebuah perahu nelayan besar yang mampu menempuh jarak jauh, di mana perahu tersebut tidak aktif selama lebih dari dua tahun.
Menurut Khaled, kapal pukat tersebut mendukung lebih dari 20 keluarga, tetapi tidak lagi berfungsi karena masalah mesin.
Urusan bagian mekanis atau para montir yang dapat memperbaiki perahu tidak dapat ditemukan di Gaza karena blokade Israel-Mesir.
“Kekurangan peralatan yang parah dan pencegahan masuknya mereka ke Jalur Gaza adalah apa yang seharusnya mereka (otoritas Israel) tangani,” bantah Khaled.
Saat ini, keluarga al-Habil tersebar dan bekerja di berbagai kapal milik sesama nelayan.