Petani, produsen dan pemasok, yang mempekerjakan ribuan orang, bergantung pada penyeberangan untuk memajukan bisnis mereka.
Namun, bahkan dengan pembukaan yang lengkap, Israel sebagai penentu siap dan apa yang dapat diseberangi, berapa banyak, dan kapan.
“Tampaknya tidak ada yang akan berubah karena kapasitasnya sama seperti sebelum perang,” ungkap Rabeh Morrar, direktur penelitian di Institut Penelitian Kebijakan Ekonomi Palestina (MAS), sebagaimana dilansir Al Jazeera.
Menurut Morrar, perlintasan tersebut berkapasitas 1.000 truk per hari, namun saat ini yang beredar hanya sekitar 300 truk.
Peneliti mengatakan karena perang 11 hari di Gaza pada bulan Mei, tingkat pengangguran yang lebih tinggi, pandemi virus corona, dan penangguhan pengiriman uang dari Qatar, kehidupan ekonomi di Gaza dengan cepat memburuk.
Baca Juga: Mundur dari Jabatan sebagai PM Malaysia, Ternyata Begini Besaran Gaji Muhyiddin Yassin
“Tidak ada uang di tangan orang untuk membeli barang yang mereka beli sebelum perang,” katanya.
Pakar tersebut juga memperingatkan bahwa bahan-bahan yang dianggap “bertujuan ganda” dan yang dapat digunakan untuk tujuan sipil atau militer, ikut dilarang memasuki Jalur Gaza. Ini termasuk bahan bangunan, seperti semen dan besi, dan bahan mentah lainnya.
Meskipun bahan bangunan diizinkan masuk minggu lalu, Morrar mengatakan mereka ditujukan untuk sektor swasta dan organisasi internasional, bukan untuk pembangunan kembali Gaza.