Sebut Penyebaran Nyamuk Wolbachia sebagai Senjata Biologis, Siti Fadilah: Jangan Terlalu Naif!

- 17 November 2023, 08:17 WIB
Ilustrasi penyebarn nyamuk Wolbachia.
Ilustrasi penyebarn nyamuk Wolbachia. /lksuperboy/Pixabay

FLORES TERKINI – Kementerian Kesehatan RI saat ini sedang memprogramkan penyebaran penyelenggaraan nyamuk Wolbachia untuk pencegahan Demam Berdarah Dangue (DBD).

Menanggapi program ini, mantan Menteri Kesehatan RI, Siti Fadilah Supari, mengingatkan bahaya penyebaran nyamuk Wolbachia yang sedang diprogramkan ini.

Siti Fadilah Supari menyebutkan, penyelenggaraan nyamuk Wolbachia berdampak terhadap perubahan dan keamanan nasional.

Baca Juga: Rudapaksa Siswanya Sendiri, Oknum Kepala Sekolah Dipolisikan, Penjara Siap Menanti

"Ini namanya senjata biologis seperti yang dilakukan pada beberapa negara. Penyebaran nyamuk ini berdampak besar terhadap pertahanan dan keamanan nasional,” ujarnya.

Ia menjelaskan teknologi mRNa dapat digunakan untuk menciptakan senjata biologis dengan menggunakan nyamuk sebagai pembawanya.

Dirinya menilai, pemerintah jangan terlalu naif untuk melihat suatu temuan baru yang kemudian mencobanya kepada penduduk yang mana tidak tahu dampaknya.

Baca Juga: TERPOPULER Hari Ini: Nakes di Flotim Sering Tinggalkan Tugas hingga Potret Pendidikan di Sikka

“Jangan terlalu naif melihat sesuatu temuan baru terus dicobakan di penduduk yang tidak mengetahui kemungkinan yang membahayakan. Pemikiran ilmuwan bukan paranoid, karena ilmuwan harus mampu menganalisa lebih jauh dari sesuatu yang terlihat biasa tetapi ada kejanggalan yang berbahaya,” ujarnya.

Dilansir dari laman resmi kemkes.go.id, Jumat, 17 November 2023, Kemenkes RI menerapkan inovasi teknologi Wolbachia untuk menurunkan penyebaran Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia.

Selain di Indonesia, pemanfaatan teknologi Wolbachia juga telah dilaksanakan di sembilan negara lain dan hasilnya terbukti efektif untuk pencegahan Dengue.

Baca Juga: Kunker ke Flotim, Ayodhia Kalake Bawa 3 Pesan Presiden Jokowi, Dari Situasi Global hingga Pemilu 2024

Adapun negara yang dimaksud adalah Brasil, Australia, Vietnam, Fiji, Vanuatu, Mexico, Kiribati, New Caledonia, dan Sri Lanka.

Teknologi Wolbachia melengkapi strategi pengendalian yang berkasnya sudah masuk ke Stranas (Strategi Nasional).

Sebagai pilot project di Indonesia, program ini rencananya dilaksanakan di lima kota yaitu Kota Semarang, Kota Jakarta Barat, Kota Bandung, Kota Kupang, dan Kota Bontang.

Hal itu berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1341 tentang Penyelenggaran Pilot Project Implementasi Wolbachia sebagai Inovasi Penanggulangan Dengue.

Baca Juga: Rayakan Milad ke-111 Muhammadiyah, Organisasi Muhammadiyah Sikka Bakal Gelar Beragam Acara Menarik

Efektivitas Wolbachia sendiri telah diteliti sejak 2011 yang dilakukan oleh World Mosquito Program (WMP) di Yogyakarta dengan dukungan filantropi yayasan Tahija. Penelitian dilakukan melaui fase persiapan dan pelepasan aedes aegypti berwolbachia dalam skala terbatas (2011-2015).

Bioweapon pada Nyamuk

Siti Fadilah merujuk pada sebuah laporan yang ditulis berjudul: Malaria Parasites In ‘Vaccines’ Target Placenta, Kill Babies In Utero, ditulis oleh Dr. Ariyana Love, N.D.

Baca Juga: CPNS 2023: Joki Tes Kali ini Mahasiswa ITB Bandung, Pihak Kampus Kaget Bukan Kepalang

Dalam laporannya Dr. Ariyana mengungkapkan, sebanyak 350 cryocontainer berisi sampel serum darah dipindahkan dari Public Health Centre of the Ministry of Health of Ukraine ke laboratorium rujukan untuk penyakit menular di Doherty Institute di Australia.

Dengan kedok menangani Malaria Plasenta, Doherty Institute terlibat langsung dalam penelitian menggunakan nyamuk sebagai pembawa bioweapons (senjata biologis).

Doherty Institute juga mengembangkan vaksin yang menggunakan parasit untuk menargetkan plasenta wanita hamil untuk menggugurkan bayi mereka dalam rahim, dengan dalih antibody research.

Baca Juga: 38 Peserta Lulus Administrasi Seleksi KPU Flotim Termasuk 3 Incumbent, Begini Jadwal Seleksi Selanjutnya

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan pemerintah Amerika Serikat juga terlibat langsung dalam penelitian ini untuk mengimunisasi melalui gigitan nyamuk menggunakan Sporozoit yang dilemahkan dengan radiasi.

Kemudian pada Mei 2021, sebuah perusahaan yang didanai Bill Gates mulai melepaskan nyamuk yang dimodifikasi secara genetik di alam liar.

Uji klinis dilakukan oleh WHO pada tahun 2020, menggunakan 11 sukarelawan manusia yang diimunisasi dengan lebih dari 1000 gigitan oleh nyamuk yang terinfeksi oleh Sporozoit (Spz) dari P. Falciparum Strain NF54 atau 3D7/NF54 tiruan.

Pada 2021, mereka memiliki vaksin yang mengandung Sporozoite hidup dan aktif secara metabolik yang telah diisolasi dari kelenjar ludah nyamuk yang terinfeksi oleh P. falciparum. Kemudian mereka menguji vaksin itu pada bayi di Kenya.

Baca Juga: BLT El Nino Siap Dicairkan 2 Bulan, Begini Cara Cek Melalui Aplikasi dan Website

Penyebaran Nyamuk di Indonesia

Sebelumnya dikabarkan bahwa penyebaran telur nyamuk Wolbachia di Denpasar, Bali, ditunda. Padahal, penyebaran telur nyamuk untuk mengantisipasi penyakit DBD itu direncanakan dilakukan pada Senin, 13 November 2023.

Wali Kota Denpasar I Gusti Ngurah Jaya Negara mengatakan, pihaknya sebenarnya belum punya langkah untuk melaksanakan penyebaran telur nyamuk Wolbachia sebelum mendapatkan keputusan dari Kemenkes RI.

Baca Juga: Gibran Rakabuming dan Bobby Nasution Resmi Didepak dari PDIP, Hasto Kristiyanto: Semua Tutup Buku

Pemkot Denpasar sempat melaksanakan pertemuan terkait Wolbachia dengan pihak Kementerian Kesehatan, tim ahli dari UGM, dan pihak ketiga.

Dia mengatakan, Pemkot Denpasar bakal melaksanakan penyebaran telur nyamuk ber-Wolbachia apabila dalam prosesnya dilakukan oleh Kementerian Kesehatan RI.

Sebelumnya dilaporkan, sebanyak 4.109 titik di Kota Denpasar disasar untuk lokasi penyebaran telur nyamuk Wolbachia. Staf Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kota Denpasar Larassita mengatakan, ribuan titik tersebut berada di delapan desa dan kelurahan.

Adapun, lokasi penyebaran telur nyamuk itu terkonsentrasi di Dauh Puri Kelod, Tegal Kertha, Pemecutan Kelod, Pemecutan, Padang Sambian Kelod, Dauh Puri, Tegal Harum, dan Dauh Puri Kangin.

Baca Juga: Upah Tukang Tak Dibayar, Atap RSUD Larantuka Dibiarkan Bolong hingga Aktivitas Pelayanan Kesehatan Dihentikan

Penolakan Siti Fadilah

Sebelumnya, mantan Menteri Kesehatan Siti Fadilah menyerukan penolakan penyebaran nyamuk Wolbachia di wilayah Indonesia.

“Penyebaran nyamuk Wolbachia ini membawa resiko bagi kesehatan masyarakat dan bisa menimbulkan penyakit baru yang berbahaya bagi kesehatan rakyat Indonesia,” tegas Siti Fadilah.

Baca Juga: Sampah Kepung Pasar Larantuka, Petugas Kebersihan Pilih ‘Kabur’?

Ia menjelaskan, penyebaran ini bersifat percobaan yang menggunakan masyarakat Indonesia sebagai ‘kelinci’ percobaan.

“Ini namanya rakyat kita jadi kelinci percobaan dan ini tidak boleh. Siapa yang bertanggung jawab terhadap risiko yang akan datang,” ujarnya.

Siti Fadilah menyoroti keterlibatan Kementerian Kesehatan dalam penyebaran nyamuk Wolbachia. “Apakah sudah ada izin keamanan dan pertahanan? Karena ini menyangkut kedaulatan Republik Indonesia. Jangan sembarangan menyetujui percobaan yang langsung dilakukan pada rakyat Indonesia,” ujarnya.***

Editor: Max Werang


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah