Frans Lebu Raya Sang Deket Lamaholot Tutup Usia, Inilah Sepak Terjangnya dalam Dunia Politik

19 Desember 2021, 19:21 WIB
Sang Deket Frans Lebu Raya. /Humas Setda NTT/

FLORES TERKINI -Drs. Frans Lebu Raya sang Deket (pemberani-red) asal Lamaholot telah tutup usia dan pergi selamanya di usia 61 tahun, Minggu 19 Desember 2021.

Meskipun belum ada keterangan resmi baik dari keluarga maupun pemerintah namun kabar meninggalnya Frans Lebu Raya sang deket asal Desa Watoone Kecamatan Witihama, Kabupaten Flores Timur itu telah berseliweran di media sosial.

Dinding Facebook, WhatsApp Grup maupun Instagram dipenuhi dengan ucapan duka cita mendoakan keselamatan jiwa alhmahrum Frans Lebu Raya, mantan Gubernur NTT dua periode ini.

Baca Juga: Masyarakat Nusa Tenggara Timur Berduka, Mantan Gubernur Frans Lebu Raya Meninggal Dunia

Dari informasi yang beredar di media sosial, Frans Lebu Raya dikabarkan menderita sakit beberapa waktu belakangan ini.

Ia pun kemudian dirawat di Rumah Sakit Sanglah, Denpasar, untuk beberapa waktu, sebelum menghembuskan nafas terakhirnya.

Drs. Frans Lebu Raya lahir di desa Watoone pada tanggal 18 Mei 1960 dan mempunyai seorang istri bernama Lusia Adinda Lebu Raya dan dikaruniai dua orang putri.

Baca Juga: BREAKING NEWS: Mantan Gubernur NTT 2 Periode Asal Adonara Flotim, Frans Lebu Raya Meninggal Dunia

Putra Watoone, Pulau Adonara, Kabupaten Flores Timur ini, sebelum terjun ke dunia politik, tahun 1998 ia sempat memimpin Yayasan Masyarakat Sejahtera (YASMARA).

Ia juga pernah menjadi dosen pada Universitas Katolik Widya Mandira Kupang.

Mantan ketua Senat Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Undana Kupang ini menjadi pendiri sekaligus ketua DPC GMNI Cabang Kupang. Juga, pernah menjadi ketua Forum Komunikasi Alumni (FKA) GMNI.

Baca Juga: Peduli Sesama yang Membutuhkan, GESSER Sumbang Sembako untuk Panti Rehabilitasi Penyandang Cacat Ipi-Ende

Karier politiknya dimulai dengan bergabung bersama Partai Demokrasi Indonesia sekitar tahun 1997.

PDI pun mengalami perpecahan di tingkat pusat, antara kubu Soeryadi dan Megawati Soekarno Putri.

Dengan perpecahan tersebut, Frans Lebu Raya pun memilih untuk bergabung bersama Megawati Soekarno Putri hingga meninggal dunia bersama PDI Perjuangan.

Baca Juga: Dampak Gempa M7,4 di Laut Flores Selasa 14 Desember 2021, Berikut Laporan BPBD Kabupaten Flores Timur

Pada Pemilu 1999, Frans Lebu Raya terpilih pertama kali memberanikan diri untuk terjun langsung di dunia politik menjadi anggota DPRD NTT dari daerah pemilihan Kota Kupang dan Kabupaten Kupang atau Dapil NTT 1.

Frans Lebu Raya pun kemudian ditetapkan menjadi Wakil Ketua DPRD NTT.

Konferda PDI Perjuangan di Ende, Frans Lebu Raya terpilih menjadi ketua DPD PDI Perjuangan NTT.

Baca Juga: Dampak Gempa Bumi 7,4 Magnitudo di NTT: 346 Rumah Rusak, 770 Warga Mengungsi

Dia dicalonkan menjadi Wakil Gubernur NTT mendampingi Piet A. Tallo, SH periode 2003-2008.

Keduanya menang secara dramatis pada pemilihan dalam sidang paripurna DPRD NTT.

Piet A.Tallo dan Frans Lebu Raya mengalahkan Viktor Bungtilu Laiskodat dan Simon Hayon, unggul satu suara dari 55 anggota DPRD NTT yang memberikan suaranya. Ia pun kemudian menjabat sebagai Wakil Gubernur NTT.

Baca Juga: Terkait Gempa Bumi Tektonik Magnitudo 7,5 di Laut Flores, Gubernur NTT: Belum Ada Laporan Kerusakan

Pada Pemilu tahun 2008 di mana pemilihan kepala daerah secara langsung oleh rakyat NTT, Frans Lebu Raya berpasangan dengan Eston L. Foenay koalisi PDIP dan Gerindra dan keluar sebagai pemenang pada pemilu tersebut.

Drs. Frans Lebu Raya dan Eston L. Foenay pun kemudian memimpin Provinsi NTT dari tahun 2008 hingga 2013.

Pilkada Gubernur-Wagub tahun 2013, sehingga Frans Lebu Raya memilih pasangan barunya, Drs. Benny Alexander Litelnoni, S.H., M.Si. Lebu Raya – Litelnoni unggul dan memenangkan gugatan hasil Pilkada Gubernur-Wagub NTT di Mahkamah Konsitusi.

Baca Juga: BMKG Nyatakan Peringatan Dini Pasca Gempa di Flores Berakhir, Kepala BMKG: Tak Ada Tsunami

Saat beliau menjabat sebagai Gubernur NTT, Frans Lebu Raya banyak melakukan gebrakan yang dinilai pro rakyat, dengan nama Anggur Merah (Anggaran Untuk Rakyat Menuju Sejahtera).

Program ini cukup banyak menyerap sarjana masuk desa sebagai pendamping Anggur Merah.

Hingga kini, nama Frans Lebu Raya tetap hidup dan terus mekar dan menjadi bahan cerita yang membanggakan.***

Editor: Eto Kwuta

Sumber: Wikipedia

Tags

Terkini

Terpopuler