Tunjangan Sertifikasi Guru tidak Diberikan, Dua Guru SMA Ini Mengadu ke PGRI Flores Timur

- 31 Agustus 2021, 09:34 WIB
Pertemuan Leonardus dan Donatus bersama Ketua PGRI Flotim Maksimus Masan Kian, bertempat di Mabes PGRI Flotim.
Pertemuan Leonardus dan Donatus bersama Ketua PGRI Flotim Maksimus Masan Kian, bertempat di Mabes PGRI Flotim. /Yurgo Purab/FLORES TERKINI/

FLORES TERKINI - Dua guru pada SMA PGRI Larantuka, yakni Leonardus Laka Kewuren dan Donatus Jagong, membuat surat keluhan sekaligus pengaduan kepada PGRI Kabupaten Flores Timur (Flotim).

Leonardus dan Donatus diketahui merupakan guru senior di SMA PGRI Larantuka, Flotim, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Surat aduan pertama yang diajukan Leonardus dan Donatus diterima pada 22 Juli 2021 oleh pihak PGRI Kabupaten Flores Timur, dan surat kedua diterima pada 21 Agustus 2021.

Baca Juga: Candi Ratu Boko yang Terdapat di Dataran Tinggi Lereng Bukit yang Terletak di Selatan Candi Prambanan

Surat aduan tersebut diajukan keduanya lantaran Leonardus dan Donatus mengaku tidak menerima tunjangan profesi guru pada tahun 2020/2021 dan tahun pelajaran 2021/2022.

Menurut mereka, Kepala Sekolah SMA PGRI Larantuka, Maria Agata Bunga Belang, melakukan tindakan sewenang-wenang dengan mengalihkan tunjangan sertifikasi guru yang seharusnya menjadi hak mereka kepada guru lain yang baru ditempatkan di SMA PGRI Larantuka.

Diketahui, Leonardus dan Donatus pada tahun pelajaran 2020/2021 diberi jam mengajar masing-masing hanya empat jam. Hal ini, menurut mereka, merupakan tindakan sewenang -wenang dari Kepala Sekolah, karena tidak melibatkan mereka untuk membangun komunikasi bersama terkait kebijakan ini.

Baca Juga: Prediksi Sinopsis Love Story Rabu 1 September 2021: Zidan Bakal Dijodohkan dengan Maudy, Ken Mabuk Sakit Hati

Mereka berharap, kiranya organisasi PGRI Kabupaten Flores Timur yang menaungi para guru bisa memberikan advokasi dan mencari jalan keluar bersama atas kemelut yang mereka alami.

Menanggapi hal tersebut, Ketua PGRI Kabupaten Flores Timur, Maksimus Masan Kian usai menerima surat aduan dari Leonardus dan Donatus, memberikan petunjuk untuk dapat dilaksanakan.

Maksimus menyarankan agar para guru bersangkutan dapat bertemu secara langsung dengan pihak yayasan, yakni YPLP Kabupaten Flores Timur, yang memiliki kewenangan mengurus persoalan di sekolah.

Baca Juga: Cerpen First Night With Mary, Menyibak Sisi Lain Ziarah Hidup Stephen Hawking dalam Sentuhan Imajinasi

Lanjut Maksimus, petunjuk itu dipedomani. Namun hingga satu bulan berlalu, tidak ada sinyal baik untuk menyelesaikan masalah.

“Saya kembali arahkan mereka ketemu Yayasan untuk bisa selesaikan karena mereka punya kewenangan untuk mengaturnya. Namun sejak Sabtu, Minggu, hingga Senin kemarin mereka kembali datang ke Sekretariat PGRI Kabupaten Flores Timur,” kata Maksimus.

Sebagai tindak lanjutnya atas situasi tersebut, pihak PGRI Kabupaten Flores Timur melalui keputusan bersama pengurus akhirnya menyurati Kepala SMA PGRI Larantuka untuk bersilaturahmi.

Baca Juga: Sinopsis Buku Harian Seorang Istri Selasa 31 Agustus 2021: Dewa Tinggalkan Nana, Fajar Siap Beraksi Lagi

“Silaturahmi dilakukan pada Selasa 24 Agustus 2021 dengan dua agenda, yakni menjajaki kolaborasi antara PGRI sebagai organisasi profesi dan SMA PGRI Larantuka dan menjaring aspirasi terkait peningkatan profesionalisme dan kesejahteraan guru,” terang Maksimus.

Namun Maksimus mengakui, jadwal yang disepakati bersama melalui surat resmi itu pun tidak terlaksana, lantaran saat Pengurus PGRI Kabupaten Flores Timur tiba di sekolah bersangkutan, Kepala Sekolah SMA PGRI telah meninggalkan sekolah sejak pagi sekitar pukul 11.00 WITA.

Saat itu, dari pihak PGRI Flores Timur hadir Ketua, Wakil Ketua, Bendahara, dan empat Sekretaris Bidang (Sekbid), termasuk Ketua Cabang PGRI Ile Mandiri.

Baca Juga: Ramalan Zodiak Cinta Selasa 31 Agustus 2021, Sagitarius, Capricorn, Aquarius, Pisces: Kesampingkan Skenario

“Kepala Sekolah saat dihubungi aktif tetapi tidak angkat, telepon WA juga tidak dibalas. Pengurus PGRI Kabupaten Flores Timur diterima Herman Yosef Koten (Kaur Kesiswaan), hingga Pengurus PGRI Flores Timur meninggalkan sekolah, tidak ada satu kata konfirmasi pun dari Kepala SMA PGRI Larantuka," ujar Maksimus.

Sementara itu, Wakil Ketua PGRI Kabupaten Flores Timur, Egidius Demon Lema, mengaku kecewa dengan tindakan Kepala SMA PGRI Larantuka.

"Ibu Kepala Sekolah ‘kan sudah menyatakan kesediaan setelah menerima surat resmi dari PGRI Flores Timur, lalu apakah secara sengaja meninggalkan sekolah dan tidak mau menerima PGRI? Kami datang semua dengan seragam PGRI dengan niat baik menjajaki peluang kolaborasi dan juga menjaring aspirasi. Mestinya Kepala Sekolah ada. Maaf ya, kami cukup kecewa!" kata Egidius.

Baca Juga: Tak Hanya Bersepeda, Ganjar Pranowo Juga Doyan Kuliner, Ini Masakan dan Makanan Favoritnya

Menurut Pengawas Dikdas Dinas PKO Kabupaten Flores Timur ini, kondisi tersebut menjadi catatan khusus dan menjadi perhatian YPLP Kabupaten Flores Timur, YPLP NTT, dan YPLP pusat.

"Kami segera membangun komunikasi dengan YPLP kabupaten dan provinsi, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTT, juga Pengurus Besar (PB) PGRI di Jakarta," kata Egidius.

Sementara itu Kaur Kesiswaan SMA PGRI Larantuka, Herman Yosef Koten, mengaku tidak dapat berbicara banyak karena menurutnya itu bukan kewenangannya untuk berbicara.

Baca Juga: Sinopsis Love Story The Series 31 Agustus 2021: Bongkar Otak Penculikan Ken dan Maudy, Argadana Siap Duel Maut

Herman juga mengaku bahwa Kepala Sekolah SMA PGRI Larantuka tidak memberikan mandat kepadanya untuk memberikan pernyataan.

Herman Yosef bahkan secara berulang kali mencoba menelepon Kepala Sekolah SMA PGRI Larantuka, namun masih juga tidak dapat dihubungi.***

Editor: Ade Riberu


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x