Selain situasinya agak gelap, ketika mereka menjelajahi isi gua, mereka harus mengutus seseorang untuk menjaga mulut gua.
Soalnya, gua itu hanya boleh dimasuki saat air laut surut. Saat air laut sudah mulai pasang, sang penunggu itu segera memberitahukan teman-temannya untuk pulang.
“Rasanya bahagia sekali ketika masuk di dalam. Dingin, sejuk dan adem,” ungkapnya.
Di sekitaran mulut gua itu, kata Muda, ada sarang burung walet, juga beberapa reptil lainnya seperti ular.
Meski demikian, mereka tidak pernah merasa takut sedikit pun. Bagi mereka itu hal yang biasa.
Kalau mereka menemui sarang burung walet maka mereka akan mengambilnya dan membawanya pulang untuk dimasak dicampur dengan bubur.
“Kalau di Flores Timur, pemasarannya ‘kan kita tidak tahu. Jadi ada yang bawa pulang dicampur bubur dan dimakan. Khasiatnya menyembuhkan berbagai penyakit. Setahu saya di daerah lain, satu kilo harganya 20-an juta,” umbarnya.
Baca Juga: 5 Langkah Persiapan Sebelum Membeli Sepeda Motor, Dijamin Tak akan Salah Alamat