Pergerakan Tanah di Mauponggo dan Sekitarnya Rentan Terjadi di Musim Hujan, PVMBG Berikan Himbauan Khusus

23 Desember 2023, 22:18 WIB
Pergerakan Tanah di Kecamatan Mauponggo dan Sekitarnya Rentan Terjadi di Musim Hujan /Floresterkini.com/pixabay

FLORESTERKINI.com - Setelah mengeluarkan peringatan seputar status Gunung Lewotobi di Flores Timur yang pada akhirnya erupsi pada hari Jumat 23 Desember 2023, kali ini Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) kembali mengeluarkan himbauan warga Kabupaten Nagekeo, Nusa Tenggara Timur (NTT) untuk mewaspadai aktivitas pergerakan tanah.

Zakarias Raja, selaku Kepala Balai Pemantau Gunung Api dan Mitigasi Gerakan Tanah Wilayah Nusa Tenggara menegaskan aktivitas pergerakan tanah ini biasa terjadi saat musim hujan.

Menurutnya, terjadinya aktivitas pergerakan disebabkan oleh beberapa faktor yang semuanya berasal dari alam, seperti curah hujan tinggi, bebatuan yang lapuk, dan kemiringan lereng ekstrem.

Baca Juga: Renungan Katolik Malam Natal 2023: Hanya Mereka yang Dituntun Hati Nurani yang Bersih Dapat Melihat Terang

"Faktor penyebab pergerakan tanah antara lain curah hujan tinggi, bebatuan yang lapuk, dan kemiringan lereng ekstrem," kata Zakarias sebagaimana dikutip FLORESTERKINI.com dari Antara.

Aktivitas pergerakan tanah di daerah yang disebutkan di atas merupakan hasil pantauan yang telah dilakukan oleh Balai Pemantau Gunung Api dan Mitigasi Gerakan Tanah Wilayah Nusa Tenggara.

Dalam pengamatan tersebut, daerah di selatan Kabupaten Nagekeo yakni Kecamatan Mauponggo dinilai memiliki kerentanan tanah menengah hingga tinggi terhadap aktivitas pergerakan tanah.

Baca Juga: Renungan Katolik Minggu Adven IV, 24 Desember 2023: FIAT! Aku Ini Hamba Tuhan, Terjadilah padaku....

Selain Kecamatan Mauponggo tepatnya Desa Selalejo, Pusu dan juga wilayah Ngera, Kecamatan Keo Tengah dan sebagian Kecamatan Nangaroro juga memiliki kerentanan terhadap aktivitas pergerakan tanah.

Dalam penjelasan lebih lanjut, Zakarias mengungkapkan jika pergerakan tanah bisa terjadi lantaran bertambahnya beban akibat curah hujan yang tinggi pada lapisan tanah dan batuan yang tidak padat.

Akibat meningkatnya beban, gaya pendorong justru semakin meningkat tanpa diimbangi dan gaya penahan menjadi penyebab utama gerakan tanah. Oleh karena itu, dia menekankan pentingnya langkah-langkah mitigasi yang harus diambil untuk warga di daerah rawan tersebut.

Baca Juga: Gunung Lewotobi di Flores Timur Erupsi Sabtu Pagi Ini, Semburkan Asap Disertai Belerang

"Jika tali yang diikat itu dari hari ke hari semakin kencang, maka dapat dipastikan ada pergerakan tanah yang terjadi," katanya.

Salah satu langkah mitigasi yang telah dilakukan oleh Balai Pemantauan Gunung Api dan Mitigasi Bencana Gerakan Tanah (PGAMBGT) Nusa Tenggara yakni melakukan penelitian intensif terkait gerakan tanah dengan tujuan utama memetakan wilayah yang rentan terhadap bencana alam.

Penelitian ini memiliki dampak signifikan sebagai landasan bagi pemerintah daerah (pemda) dalam merumuskan kebijakan tata ruang yang lebih efektif.

Baca Juga: Polres Sikka Kerahkan 250 Personel Gabungan, Amankan Perayaan Natal 2023 dan Tahun Baru 2024

Dalam konteks ini, pengawasan pergerakan tanah dimulai dengan mengumpulkan informasi tentang lokasi kejadian tanah longsor, mengidentifikasi daerah yang rentan, melakukan penyelidikan geologi batuan, menyelidiki struktur geologi, dan memperbarui peta Zona Kerentanan Gerakan Tanah (ZKGT).

Pentingnya pembaharuan peta Zona Kerentanan Gerakan Tanah juga tidak bisa diabaikan. Peta ini memainkan peran kunci dalam memberikan gambaran visual tentang daerah-daerah yang berisiko tinggi terhadap pergerakan tanah.

Dengan memperbarui informasi ini secara teratur, kita dapat memastikan bahwa pemahaman kita tentang kerentanan tanah terus berkembang seiring waktu.***

Editor: Max Geroda

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler