Lebih lanjut Theresia mengaku, meskipun suaminya berprofesi sebagai seorang Aparatur Sipil Negara (ASN), ia tidak menggantungkan harapan sepenuhnya kepada penghasilan suaminya itu.
“Saya di kampung itu terkadang banyak orang yang omong saya, kenapa suami sudah PNS tapi masih saja jualan di pasar, tapi saya tidak peduli, karena anak-anak butuh uang sekolah, terutama yang di SMK Matildha itu butuh uang setiap hari karena sudah kelas 3, print tugas setiap hari,” lanjutnya.
Baik Wayan maupun Theresia punya kisah yang mirip. Keduanya mengaku, sebelum mangkal di Pasar Alok, mereka sempat membuka usaha kios sembako kecil-kecilan. Sayangnya ketika COVID-19 merebak, bersamaan dengan itu usaha mereka bangkrut seketika.
Baca Juga: HP Gaming Masa Kini! POCO X6 5G dan M6 Pro Rilis 1 Februari 2024, Intip Spesifikasi Lengkap di Sini
Meski demikan, menurut Wayan dan Theresia, penghasilan dari aktivitas sebagai pedagang sayur-mayur dan buah-buahan di Pasar Alok jauh lebih baik, dibandingkan dengan hasil yang didapatkan dari usaha yang dirintis sebelumnya.
Adapun harga jualan mereka itu bervariasi, dari Rp5.000 hingga Rp10.000. jika terjual habis, Wayan dan Theresia bisa mendapatkan uang sekira Rp50.000 hingga Rp100.000 dalam sehari.
“Yang jualan di sini banyak, kami saling berebutan antara sesama penjual untuk menawarkan jualan, siapa cepat dia dapat. Kalau telat, kita tetap tunggu sampai semua barang habis terjual baru pulang ke rumah,” pungkas Wayan, diamini Theresia yang duduk tepat di sampingnya.***