"Sampai di Larantuka, dia (Joker) naik kapal dan berbaur dengan kami. Dalam perjalanan, si Joker bercerita bahwa dirinya sebenarnya naik kapal di Maumere, tetapi banyak orang yang mengincar dirinya, bahkan dirinya pun bercerita membayar polisi 5 juta rupiah,” beber Ari.
Baca Juga: Seorang Petani Asal Sikka Ditemukan Tewas di Kebun, Keluarga Sempat Gelisah
Riwayat Pasca Tiba di Balikpapan
Setibanya KM Lambelu di pelabuhan Kota Balikpapan, mereka lalu turun dan selanjutnya menumpang taksi menuju terminal bus untuk melanjutkan perjalanan ke Simpang, Kalimantan Tengah (Kalteng).
“Ketika tiba di Simpang, semua kami dalam bus itu turun. Kami lalu dipisahkan ke dalam dua kelompok. Selanjunya kami yang sekelompok lalu naik bus dari Simpang menuju tempat yang oleh Joker menyebutnya Kamp Baru,” begitulah Ari terkait kisah perjalanan mereka.
Semua rombongan yang direkrut dari Kabupaten Sikka itu lalu turun dari bus ketika tiba di lokasi yang tersebutkan sebagai Kamp Baru itu. Joker, sebagaimana yang dituturkan Ari, lalu menitipkan mereka kepada seorang rekannya yang bernama Yanto.
Baca Juga: Diserang Komodo, Seorang Warga Manggarai Dilarikan ke Rumah Sakit
Kepada mereka Yanto berpesan, bila ada yang menanyakan tentang kehadiran para mo’at itu setibanya di Kamp Baru, mereka harus menjawab bahwa mereka sedang nyasar.
Kehidupan Baru di Kamp Baru
Di malam harinya, setibanya mereka di Kamp Baru itu, ke-72 calon pekerja yang diboyong Joker dari Kabupaten Sikka tidur di sebuah bangunan tanpa dinding. Bangunan itu adalah Tempat Penitipan Anak (TPA). Mereka kemudian dipindahkan lagi ke sebuah ruangan yang disebut klinik.
"Untuk makan minum, kami mesti tunggu, diantar oleh orang suruhan Joker. Waktu makan pagi, terkadang kami tunggu sampai malam baru diantar. Bahkan, nasi basi pun diberikan ke kami. Kami terpaksa tidak makan, hingga akhirnya mereka menggantikan dengan makanan yang baru,” tutur Ari.
Baca Juga: Hampers Lebaran 2024 Unik dan Berkesan, Mau Tau Cara Menyiapkannya? Ikuti Tips dan Rekomendasi Ini!