Pada 2006, National Sleep Foundation mengadakan sebuah survei terhadap 1.602 orang tua dan anak mereka yang berusia antara 11 hingga 17 tahun.
Baca Juga: Ramalan Zodiak Besok 1 Maret 2023 Cancer, Leo, dan Virgo: Sportifitas dan Pengertian Tumbuh Subur
Hasil survei menunjukkan bahwa sebanyak empat puluh lima persen remaja tidak cukup tidur pada hari sekolah (kurang dari delapan jam).
Remaja yang lebih tua (kelas 9 hingga kelas 12) lebih sedikit tidurnya dibandingkan remaja yang lebih muda (kelas 6 hingga kelas 8) atau 62 persen remaja yang lebih tua tidak cukup tidur dibandingkan 21 persen remaja yang lebih muda.
Remaja yang tidak cukup tidurnya pada hari sekolah cenderung merasa mudah lelah atau mengantuk, lebih mudah tersinggung dan berubah perasaannya, tertidur di sekolah, depresi dan meminum minuman berkafein, dibandingkan rekannya yang cukup tidur.
Mary Carskadon dan koleganya menemukan bahwa ketika diberikan kesempatan, remaja akan tidur malam rata-rata selama 9 jam 25 menit. Namun kebanyakan remaja tidur kurang dari 9 jam, terutama selama hari biasa.
Kekurangan tidur ini akan berusaha ‘dibayar’ pada akhir minggu oleh remaja. Peneliti juga menemukan bahwa remaja yang lebih tua cenderung lebih mengantuk sepanjang hari, dibandingkan remaja yang lebih muda.
Mereka berteori bahwa rasa kantuk ini bukanlah akibat dari tekanan pekerjaan sekolah atau sosial. Alih-alih penelitian ini menyimpulkan bahwa jam biologis remaja mengalami pergeseran ketika mereka semakin dewasa, sehingga menunda periode setiap sekitar satu jam.
Pergeseran waktu dalam pelepasan hormone melatonin pada malam hari, yaitu hormon yang membuat tidur yang diproduksi oleh kalenjar pineal, agaknya memengaruhi penundaan waktu tidur ini. Melatonin dikeluarkan sekitar pukul 09.30 malam pada remaja yang lebih muda, sedangkan pada remaja yang lebih tua sekitar 1 jam kemudian.