Maria menerima salam dan pujian Elisabet, tetapi langsung meneruskan pujian itu kepada Allah dalam madah Magnificat: "Jiwaku memuliakan Tuhan dan hatiku bergembira karena Allah Juruselamatku".
Dalam hal ini, Maria bertindak menurut Mazmur 115:1: "Bukan kami ya Tuhan, bukan kami, melainkan Nama-Mulah yang dimuliakan".
MAGNIFICAT: Madah Pujian Maria ini, bukanlah sekadar sebuah doa saleh yang indah, melainkan sebuah himne revolusioner tentang Kerajaan Allah.
'Revolusi' di sini dalam arti penjungkirbalikan nilai-nilai manusia lama oleh Tuhan untuk melahirkan nilai-nilai baru Kerajaan Allah.
Ada revolusi rangkap tiga. Pertama, revolusi rohani: "Ia memperlihatkan kuasa-Nya dengan perbuatan tangan-Nya dan mencerai-beraikan orang-orang congkak hati" (1:51), tapi "Rahmat-Nya turun-temurun atas orang yang takut akan Dia" (1:50).
Kedua, revolusi politik: "Ia menurunkan orang-orang yang berkuasa dari takhtanya, dan meninggikan orang-orang yang rendah" (1:52).
Ketiga, revolusi sosial-ekonomi: "Ia melimpahkan segala yang baik kepada orang yang lapar, dan menyuruh orang kaya pergi dengan tangan hampa" (1:53).
Himne revolusioner yang dinyanyikan Maria kelak dilaksanakan oleh Sang Putra dalam karya penebusan-Nya, untuk menegakkan keadilan, damai sejahtera, dan sukacita Kerajaan Allah.