Ketika habis, nakes yang sedang bertugas saat itu hendak melanjutkan pemberian ketiga, namun mendapat penolakan dari suami dan Novi sendiri, lantaran kondisi bumil tersebut kian drop.
Pihak medis lantas memasang infus biasa. Setelah dipasang infus tersebut, Novita mengeluhkan sakit pada area kepalanya.
Menghadapi kenyataan tersebut, Wura Lopi lalu memanggil medis untuk melakukan tindakan. Nakes yang berdinas saat itu langsung melakukan tensi darah dan mendapatkan hasil 60/100. Saat itu, detak jantung Novi mulai tidak normal.
Selanjutnya mereka memasangkan oksigen dan keteter pada bumil tersebut. Sebagaimana yang diriwayatkan Lopi, setelah memasang oksigen, terjadi perubahan yang tidak wajar pada wilayah perut istrinya.
Bahwasanya pada area atas dan bawah dari pusar terlihat mengembung, sedangkan pada area pusar tampak rata bak tidak hamil.
Pada pukul 18.00 WITA, tim medis kembali memasang keteter kedua. Di saat itulah Novita tersebutkan mulai mengalami pendarahan.
Tim medis yang mulai terlihat panik lantas menghubungi dokter ahli kandungan. Dokter tersebut menganjurkan segera melakukan vakum, karena bumil itu sudah mengalami kesulitan untuk bersalin.
Atas anjuran dokter itu, tim nakes lantas melakukan prosedur vakum. Bayi mungil berjenis kelamin perempuan akhirnya berhasil dilahirkan. Sayangnya, ia lahir dalam keadaan tak bernyawa.
Selanjutnya tim medis mengupayakan untuk mengeluarkan plasenta. Upaya tersebut gagal di tengah istri Lopi sudah tak sadarkan diri.
Kepada Lopi, tim medis tersebut menyampaikan bahwa plasenta atau ari-ari tidak bisa dikeluarkan, karena perut Novianti sudah sangat lembek. Oleh karena itu harus dilakukan operasi caesar.