Rilis Hari Ini, Film "Dirty Vote" Sontak Lahirkan Kontroversi, TKN Prabowo-Gibran: Sangat Tidak Ilmiah!

11 Februari 2024, 21:51 WIB
Tanggapan TKN Prabowo-Gibran Terkait Kehadiran Film Dirty Vote /FloresTerkini/Twitter @Dandhy_Laksono

FLORESTERKINI.com - Sebuah film dokumenter yang disutradarai oleh Dandhy Dwi Laksono sontak jadi perbincangan usai dirilis via platform YouTube hari ini Minggu 11 Februari 2024. Film ini menarik perhatian banyak pihak lantaran mengungkap desain kecurangan dalam pelaksanaan Pemilihan Umum (Pemilu) 2024.

Menanggapi kehadiran film "Dirty Vote" yang dirilis dalam masa tenang ini, banyak pihak lantas melayangkan komentarnya. Salah satunya adalah tanggapan dari Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran. Menurut mereka, kehadiran film dokumenter ini tidak lain bertujuan untuk menurunkan muruah Pemilu 2024.

Wakil Ketua TKN Prabowo-Gibran, Habiburokhman lantas menggelar jumpa pers, hanya beberapa jam setelah sebuah film kontroversial diputar di layar. Dalam jumpa pers tersebut, Habiburokhman menyerukan kepada masyarakat agar tidak mudah terpancing oleh narasi-narasi yang disajikan dalam film tersebut. Menurutnya, sebagian besar isi dari film tersebut hanya sebatas asumsi belaka.

Baca Juga: Pilpres, Rakyat Mencari Pemimpin Menjelang Pemilu 2024

"Sebagian besar yang disampaikan film tersebut adalah sesuatu yang bernada fitnah, narasi kebencian yang sangat asumtif, dan sangat tidak ilmiah," kata Habiburokhman saat membacakan sikap TKN atas tayangan dokumenter "Dirty Vote", dikutip dari Antara.

Dalam kesempatan yang sama, Habiburokhman merasa adanya niat dan keinginan pihak-pihak tertentu yang berusaha mendegradasi Pemilu 2024. Dia lantas mempertanyakan kapasitas tokoh-tokoh yang berada di balik layar pembuatan film tersebut.

"Saya mempertanyakan kapasitas tokoh-tokoh yang ada di film tersebut dan saya kok merasa sepertinya ada tendensi, keinginan untuk mendegradasi pemilu ini dengan narasi yang sangat tidak berdasar," lanjutnya.

Baca Juga: KPU Flotim Mulai Distribusikan Logistik Pemilu 2024, Prioritaskan Kecamatan Tanjung Bunga dan 2 Pulau

Wakil Ketua TKN Prabowo-Gibran ini berpendapat bahwa pandangan dan narasi yang diungkapkan oleh tiga ahli hukum tata negara dalam film dokumenter tersebut tidak selaras dengan pandangan yang dipegang oleh masyarakat. Mereka adalah Zainal Arifin Mochtar dari Universitas Gadjah Mada, Feri Amsari dari Universitas Andalas, dan Bivitri Susanti dari Sekolah Tinggi Hukum (STH) Indonesia Jentera.

“Jadi, tindakan-tindakan mereka yang menyampaikan informasi yang sangat tidak argumentatif, tetapi tendensius untuk menyudutkan pihak tertentu, berseberangan dengan apa yang menjadi sikap sebagian besar rakyat,” katanya sambil meminta masyarakat tidak terhasut dengan narasi dalam film dokumenter itu.

“Kami menyarankan kepada rakyat untuk tidak terhasut, serta tidak terprovokasi oleh narasi kebohongan dalam film tersebut serta tidak melakukan pelanggaran hukum. Kita harus pastikan Pemilu 2024 berlangsung damai, langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil (luber jurdil),” tegasnya.

Baca Juga: Seorang Lansia di Sikka Meninggal Dunia Karena Gigitan Anjing, Bermula dari Hal ‘Kecil’ Ini

Sekedar informasi, Film dokumenter "Dirty Vote" yang disutradarai oleh Dandhy Dwi Laksono menjadi sorotan penting menjelang Pemilu 2024. Melalui karyanya, Dandhy menghadirkan narasi edukatif yang bertujuan untuk memberdayakan warga dalam menggunakan hak pilih mereka pada tanggal 14 Februari 2024.

Dengan kombinasi komentar yang mendalam dan visual yang memukau, film ini menjadi pengingat yang tepat akan pentingnya pengambilan keputusan yang terinformasi dalam membentuk masa depan bangsa.

Sebagai penonton, mereka tidak hanya menjadi penonton biasa, tetapi juga peserta aktif dalam proses demokratis, siap untuk membuat suara mereka didengar di tengah keriuhan wacana politik. "Dirty Vote" tidak sekadar menjadi hiburan semata, tetapi juga menjadi simbol keterlibatan warga dan tanggung jawab demokratis dalam masyarakat yang terus berkembang.

Baca Juga: Spesifikasi Samsung Galaxy A55 5G Terungkap! Mampukah Ponsel Ini Menjadi Penguasa Baru di Kelas Menengah?

Dikatakannya bahwa produksi film tersebut berlangsung dalam rentang waktu sekitar dua minggu, meliputi tahap penelitian, produksi, pengeditan, hingga perilisan.

Dalam pembuatannya, Dandhy Dwi Laksono juga menyoroti keterlibatan 20 lembaga yang berkontribusi, di antaranya Aliansi Jurnalis Independen (AJI), Bangsa Mahardika, Ekspedisi Indonesia Baru, Ekuatorial, Fraksi Rakyat Indonesia, Perludem, Indonesia Corruption Watch, JATAM, Lokataru, LBH Pers, WALHI, Yayasan Kurawal, dan YLBHI.***

Editor: Ancis Ama

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler