Korban DBD di Desa Nangahale 24 Orang hingga September 2023, Mampetnya Selokan Jadi Salah Satu Penyebab

- 26 Oktober 2023, 08:55 WIB
Kondisi selokan yang mampet di Desa Nangahale, Kabupaten Sikka, yang menjadi salah satu penyebab munculnya DBD.
Kondisi selokan yang mampet di Desa Nangahale, Kabupaten Sikka, yang menjadi salah satu penyebab munculnya DBD. /Faidin/FLORES TERKINI

FLORES TERKINI, Sikka – Pasien penderita penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Desa Nangahale, Kecamatan Talibura, Kabupaten Sikka, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), mencapai total 24 korban. Hal ini berdasarkan data per Januari 2023 sampai dengan September 2023.

Rinciannya, 10 orang berasal dari Dusun Namandoi, Dusun Nangahale berjumlah 7 orang, dan Dusun Utan Wair sebanyak 7 orang. Jumlah ini tidak termasuk dengan Dusun Likong Gete.

Kepala Puskesmas Watubaing, Kecamatan Talibura, Jumaldi, S.Kep., membenarkan bahwa pihaknya telah melakukan penanganan medis terhadap pasien korban DBD di Puskesmas Watubaing beberapa bulan lalu.

Baca Juga: GRIB Jaya dan Pedagang di Pasar Wairkoja Bakal Temui Pj Bupati Sikka, Bahas Soal Tata Kelola Pasar Rakyat

"Sesuai data, memang benar beberapa pasien sempat terserang penyakit DBD, beberapa di antaranya berasal dari Desa Nangahale," ujar Jumaldi saat ditemui awak media di ruang kerjanya pada Rabu, 25 Oktober 2023, sekira pukul 10.40 WITA.

Adapun korban yang terkena penyakit DBD di desa itu kebanyakan anak-anak usia dini. Selain itu, beberapa Ibu Rumah Tanggga (IRT) lainnya pun turut menjadi korbannya. Para pasien kemudian harus menjalani perawatan medis di Puskesmas Watubaing hingga berhasil disembuhkan.

Mampetnya Selokan Jadi Salah Satu Penyebab

Menurut pengakuan beberapa warga, merebaknya DBD di Desa Nangahale tidak lepas dari kondisi mampetnya (tersumbat, red) selokan air di sekitar area pemukiman warga di desa itu. Selokan yang mampet lalu bermuara pada munculnya bau tidak sedap hingga menjadi sarang bagi jentik-jentik nyamuk.

Baca Juga: Pasar Wairkoja di Sikka Kini Makin Sepi Pengunjung, Sekretaris FKPT Kewapante: Rasanya Seperti Jaga Kuburan

Hal itu terjadi lantaran masih minimnya kesadaran para pengusaha ikan yang membuang limbah kotoran hasil cucian ‘gudang’ ikan dan gurita ke selokan tersebut.

"Pemerintah seharusnya tidak memberikan izin usaha terhadap beberapa pelaku usaha ikan atau gurita yang masih dengan sengaja membuang limbah kotoran dari gudang ke selokan itu, kami yang jadi sasaran terserang penyakit," kata salah seorang warga yang enggan disebutkan namanya.

Hal senada dibenarkan Ibu Rumah Tangga (IRT) lainnya yang tinggal di lokasi mampetnya selokan di salah satu blok Jalan Baru. Ia mengatakan, limbah kotoran bekas pembersihan gudang ikan dan gurita tersebut bahkan sampai menggenangi permukaan sepanjang selokan, lalu bermuara di belakang salah satu rumah warga yang tinggal di dataran rendah pemukiman.

Baca Juga: Wujudkan Merdeka Sinyal, Kadis Kominfo Letakkan Batu Pertama Pembangunan Tower Indosat di Lela-Sikka

Dirinya mengaku, kondisi itu sebenarnya sudah diutarakan warga kepada pengusaha hasil laut, dalam hal ini pemilik gudang ikan dan gurita. Namun tetap saja limbah kotoran dari gudang masih dibuang ke selokan yang mampet itu hingga hari ini.

Lidia, orang tua korban DBD yang masih berusia 6 tahun yang sempat dirawat intensif pada bulan Maret 2023 lalu, menyayangkan kondisi selokan yang mampet tersebut hingga harus mengorbankan anaknya yang masih kecil.

Kata dia, hal itu gegara selokan yang mampet dan tidak dibersihkan, tetapi malah dijadikan tempat strategis untuk pembuangan limbah kotoran oleh oknum yang tidak bertanggung jawab.

Baca Juga: Kunjungi Pondok Baca Kampung Kabor-Sikka, Ini yang Ditemukan dan Dilakukan Mahasiswa KKM

Ia berharap, Pemerintah Desa Nangahale mau menanggapi keadaan yang membawa dampak penyakit DBD hingga telah memakan sejumlah korban.

Kepala Puskesmas Watubaing juga menyayangkan adanya pembiaran kondisi selokan yang menjadi sumber penyakit DBD itu. Menurut Jumaldi, seharusnya pemerintah tanggap cepat dalam menangani persoalan DBD dengan menangani sumber munculnya penyakit tersebut.

Kepala Puskesmas Watubaing, Jumaldi, S.Kep.//
Kepala Puskesmas Watubaing, Jumaldi, S.Kep.// Faidin/FLORES TERKINI

Ia mengaku, sejauh ini pihaknya sudah melibatkan beberapa tenaga kesehatan desa untuk melakukan pemantauan terhadap penyebab adanya DBD, namun ia juga tidak bisa melangkahi kewenangan lebih jauh.

Baca Juga: Lanal Maumere Gelar Komsos Maritim Bersama Komponen Pemda Sikka

"Pihak kesehatan dalam hal ini tenaga kesehatan hanyalah sebatas penanganan pasien. Soal koordinasi dengan warga sehingga dimungkinkan dilakukannya langkah teknis pencegahan, itu kewenangannya pemerintah setempat,” ujarnya.

“Kemudian masyarakat juga harus mau diatur, ini kan beberapa kali kita turun ke lokasi, kesadaran dari masyarakat juga tidak ada, itu juga yang menjadi soal. Prinsipnya, kami siap membantu sesuai kewenangan kami," tutupnya.***

Editor: Max Werang


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x