FLORESTERKINI.com – Ribuan hektar lahan pertanian warga di sejumlah kabupaten di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) terancam gagal panen akibat kemarau panjang. Tanaman jagung dan padi yang ditanam di ladang milik warga banyak yang kering dan mati.
Tidak hanya berpotensi gagal panen, warga petani juga dihadapkan pada kondisi gagal tanam. Hal itu terjadi karena hingga penghujung bulan Januari 2024, hampir seluruh daerah di provinsi kepulauan itu belum diguyur hujan.
Menyikapi hal tersebut, Pemerintah Provinsi (Pemprov) NTT melalui Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan berinisiasi untuk menyiapkan ganti rugi benih jenis jagung dan padi milik warga yang mati karena kekeringan.
Baca Juga: 2 Penyelenggara Pemilu di Lembata Dipecat dalam Rentang Waktu Kurang dari Setahun
Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan NTT Lecky Koli mengatakan, pihaknya sudah mengajukan anggaran belanja tak terduga kepada pemerintah pusat untuk mengantisipasi terjadinya krisis El Nino yang berdampak pada musim tanam para petani di daerah itu.
"Kami sudah mengajukan ke pemerintah pusat anggaran belanja tak terduga senilai Rp1,5 miliar untuk mengganti benih milik petani," ujar Lecky Koli di Kupang, pekan lalu, seperti dikutip FLORESTERKINI.com dari ANTARA, Rabu 31 Januari 2024.
Menurut Lecky, pemerintah memandang perlu untuk menyiapkan ganti rugi tersebut karena banyak petani yang sudah mulai menanam sejak Oktober 2023 lalu, sebagaiamana lazimnya musim tanam di NTT.
Sayangnya, setelah benih ditanam, harapan para petani tersebut akan turunnya hujan hanya tinggal harapan. Para petani pun hanya bisa pasrah dengan kondisi tersebut. Sementara persediaan benih yang terbatas memaksa mereka untuk menyimpan cadangan benih tersebut untuk kembali ditanam ketika hujan tiba.